Sore ini saya baru selesai membaca novel karya Fathi Bawazier yang berjudul Lost in The USA. Rasanya kurang lengkap jika saya hanya membaca tanpa berbagi inspirasi kepada kawan-kawan yang mungkin karena kesibukan (bukan sibuk dengan gadget ya, hehe), tidak sempat membaca novel. Novel ini pertama kali saya buka tiga hari yang lalu, menemani perjalanan saya Kuala Lumpur-Yogyakarta. Saya akan menghabiskan waktu dua minggu di Jogja, untuk menyelesaikan pengumpulan data tesis yang sedang saya garap. Meski sedang penelitian, sebagai novel maniak, jangan pisahkan saya dari makanan pokok yang satu ini (baca: novel motivasi).
Secara keseluruhan, novel ini menceritakan pengalaman hidup penulis yang penuh perjuangan, diiringi oleh kegigihan dalam doa dan ketaatan. Sehingga ia mampu dan sanggup menaklukkan belantara dua benua, Australia dan Amerika.
Dalam usia yang masih sangat muda, setelah menyelesaikan bangku SMA, penulis memutuskan untuk bisa bekerja dan belajar di luar negeri. Perantauannya disebabkan karena ia tidak lulus dalam tes masuk perguruan tinggi negeri. Ia berkeyakinan bahwa modal kesuksesan itu adalah kuliah di PTN atau ke luar negeri. Ia mengambil opsi kedua ketika opsi pertamanya gagal.
Ia melamar visa melancong ke Australia. Niatnya, ia akan mencari pekerjaan ketika sudah sampai di negeri kangguru itu. Dua kali visanya ditolak oleh kedutaan Australia di Jakarta. Tapi semangatnya tidak kunjung padam. Atas bantuan seorang kenalan, dia disarankan untuk mengambil visa Australia melalui kedutaan mereka di Singapura.
Akhirnya ia berhasil dan berangkat ke benua arah selatan Bali tersebut. Tapi perjuangannya masih lama dan panjang. Tinggal di Australia dan bekerja di sana bukanlah suatu yang mudah dan menyenangkan, apalagi tidak memiliki dokumen resmi untuk bekerja. Dia hanya bekerja beberapa bulan, tersebab atas laporan seseorang yang sakit hati padanya, ia diciduk oleh kepolisian Australia dan dipulangkan lagi ke Indonesia.
Sepulang ke tanah air, semangatnya makin menggebu, dan dia pun mencoba peruntungan mendaftar visa kunjungan ke Amerika. Visa ia dapatkan, di sinilah babak baru pertualangannya dimulai.
Ia berangkat dengan seorang sepupunya tanpa ada sanak saudara yang menyambut mereka di sana. Ia memutuskan untuk berlabuh di Los Angeles. Benar-benar sebuah petualangan yang nekat dan mendebarkan. Pembaca serasa diaduk-aduk perasaannya oleh penulis dengan suguhan pengalaman asam, pahit, getir, dan manisnya hidup di Paman Sam.
Satu hal yang saya petik dan sangat berkesan dalam kisah ini adalah, ketika kita menganggap diri kita sendirian, sebenarnya ada Allah yang akan selalu memelihara hambaNya dimana pun sang hamba berada. Bagaimana si penulis mempertahankan iman Islamnya di negeri orang itu menjadi penilaian tersendiri bagi saya. Bahkan ia nekat meninggalkan pekerjaan yang susah payah didapatkannya, ketika bertentangan dengan prinsip keislamannya.
Buku ini saya rasa wajib dibaca oleh orang yang mengklaim dirinya sebagai muslim petualang. Bahkan kita akan terpukul malu, sebab di tengah penderitaan dan kesusahan hidupnya di negeri orang, si penulis masih punya cita-cita untuk kuliah di sana dan membanggakan orang tuanya.
Perjuangannya membuahkan hasil dan kesuksesan ia petik sebagai buah kesabaran. Menjelang akhir cerita, penulis menceritakan bagaimana raut kebahagiaan orang tuanya, berhasil melancong ke Amerika selama 42 hari, atas pembiayaan penuh penulis. Inilah romantisme petualang, pahit getir hidup, kegigihan, doa ibu, motivasi belajar, dan prinsip hidup yang kuat, menyatu padu dalam novel ini. Bahkan di penghujung cerita, si penulis berani meninggalkan pekerjaannya sebagai manager di sebuah perusahaan minyak internasional dengan gaji yang luar biasa, dan didapatkan dengan susah payah, demi wujud pengabdian kepada ayahnya tercinta.
Buku ini saya rasa wajib dibaca oleh orang yang mengklaim dirinya sebagai muslim petualang. -- Yes ! Cant agree more!
BalasHapuslihatlah dunia lebih luas, lebih banyak.
Juga buat semua generasi muda terutama
Supaya ngga terhanyut sama hedon nya gaya hidup
Karena bagaimanapun, darah muda adalah darahnya para remaja
Dimana bisa menjadi sebuah awal pilihan perjalanan hidup selanjutnya
Bahkan kepengen banget
novel ini jadi salah satu acuan sastra di pendidikan formal
di sekolah
di komunitas
menyebarkan lebih banyak lagi manfaat
untuk semua
Bahkan buat para orang tua, ada banyak jejak parenting bagaimana menyiapkan penerus keluarga pembawa panji berikutnya
Nice article, love to read your review, sir !
Terima kasih mba karena telah meninggalkan jejak di sini :)
HapusSetuju mba, novel ini juga bisa untuk bekal parenting.
Lost in the USA memang inspiring, tdk hanya banyak pelajaran hidup yg bisa diambil, tapi juga bisa jd bekal para calon traveller, sebab runutnya penulis menggambarkan situasi kehidupan di sana kala itu.
BalasHapusDan...membaca artikel ini, membuat saya kepingin lagi dan lagi baca novel Lost in the USA.
Thank You Sir.
Betul mba, saya pribadi banyak belajar di novel ini, terutama modal nekad dan smngatnya itu lo..hehe
Hapusluar biasa mas ciptro... menarik dari tulisan di paragraf 7, bahwa pembaca serasa diaduk2 perasaan nya oleh penulis, melihat keberanian seorang pemuda yang nekat berpetualang kenegeri barat dengan modal pas-pasan dan tanpa saudara atau teman yang dituju, tapi berhasil melewati semuanya dengan seru...
BalasHapusSuasana dalam novel itu menghipnotis saya dan membuat saya berani nekat mengikuti petualangan sejenis ke eropa dalam waktu 3 bulan setelah saya membaca novel ini..
buat generasi muda yang sekarang sangat ingin berpetualan ke luarnegeri tapi ragu karena modal minim dan belum ada pengalaman, kayanya wajib buat baca novel ini, biar bikin emosi kita jadi lebih yakin untuk melangkah...
Waaah...keren mas. Pasti akan seru jika petualangan mas di Eropa juga dishare..
BalasHapus