Sikap Terhadap Orang Munafik - Cerita si Buyung

Latest

Menghimpun Serpihan Perjalanan Seorang Pemuda Minangkabau

Senin, 12 Maret 2018

Sikap Terhadap Orang Munafik

Ustadz Adi Hidayat dalam suatu kajian beliau mendapat pertanyaan tentang bagaimana sikap kita terhadap orang yang mengaku ulama tapi merendahkan hukum Allah. Beliau menjawab dengan mengutip ayat Quran, yang lebih kurang tafsiran beliau seperti ini, "tinggalkan orang seperti itu". Jangan hadiri kajian atau ceramah-ceramahnya dan tidak boleh pula kita mencaci makinya. Orang seperti demikian perlu diberi sanksi sosial dengan ditinggalkan oleh ummat, sehingga dia sadar dan insyaf akan kekeliruannya.

Penulis sangat sepakat dengan beliau, tapi kenyataannya di lapangan sangat sedikit umat Islam yang "aware" bahwa si munafik telah menyeret mereka dalam kesesatan. Melalui pemutarbalikkan dalil dan guyonan garing dia tetap diberi pentas. Apalagi dia juga memiliki pengaruh di suatu ormas atau lembaga pemerintahan, semakin banyak rakyat awam mudah dikibulinya.

Orang-orang seperti ini tidak jarang memiliki pesantren sebagai kendaraan untuk mengejar nafsu duniawi. Mereka tega memusuhi saudara seiman demi meraup rupiah dan popularitas. Maka, wajiblah kita meninggalkan orang yang demikian, ketika dunia yang fana lebih dicintai dari pada kehidupan akhirat yang abadi.

Sejatinya kita tidak punya hak untuk mencap seseorang munafik atau tidak, tetapi secara lahiriah tindak tanduk mereka bisa diidentifikasi. Mereka telah keluar jalur dari kesepakatan mayoritas ulama dan mencetuskan pemikiran-pemikiran yang "nyeleneh". Tidak jarang, juga ada aktor politik yang menunggangi setiap kalimat yang dia ucapkan untuk mencari pembenaran perbuatan si politikus.

Jejak digital memang tidak bisa bohong dan membuat orang tidak bisa lagi mengelak, melainkan hanya bisa "ngeles". Pernyataan-pernyataan mereka berbau provokatif dan sarat dengan nuansa adu domba di kalangan internal atau eksternal umat beragama. Di satu sisi mereka mengklaim diri sebagai NKRI sejati padahal menjalankan politik belah bambu. Satu sisi diinjak, dan sisi lainnya diangkat.

Mari kita menjadi umat yang cerdas dengan mengikuti ulama-ulama yang takut kepada Allah. Mereka memiliki ghirah beragama yang kuat dan berjalan sesuai dengan koridor syari'. Tinggalkan mereka yang menjual fatwa untuk kepentingan pribadi dan golongannya. Semakin hari perperangan ini akan semakin dahsyat, umat akan tersaring menurut ilmu, amal, dan kebiasaannya. Allah pun telah berjanji bahwa kita akan bersama dengan siapa dan apa yang kita cintai. Semoga kita tidak salah dalam mencintai, karena cinta pada ulama lurus dan para nabi lah yang akan memberi syafaat di hari kiamat kelak. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar