A Trip to Russia (4) - Cerita si Buyung

Latest

Menghimpun Serpihan Perjalanan Seorang Pemuda Minangkabau

Senin, 27 Agustus 2018

A Trip to Russia (4)


Pagi harinya, Senin tanggal 22 Juli 2018, saya terbangun karena dinginnya ac ruangan yang rasanya mau menusuk kulit. Saya bangkit dari ranjang dan bergegas mencari HP untuk melihat jam berapa saat ini. Ternyata sudah jam 3 am, dan saya bergegas ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Usai shalat subuh, godaan untuk tidur kembali sangat kuat dan saya pun meringkuk di bawah selimut kembali.

Jam 7 am saya sudah siap, selesai mandi, berpakain, dan menyiapkan barang-barang yang perlu dibawa. Saya dan kawan-kawan sekamar meluncur ke lobi hotel. Di sana sudah ada beberapa orang panitia dan para peserta menunggu. Tidak lama kami di lobi, panitia mengumumkan bahwa bis yang menjemput kami sudah sampai dan peserta diminta untuk segera ke luar dari hotel. Saya lihat ada 2 bis disediakan oleh panitia. 1 bis sudah hampir penuh karena telah diisi oleh kawan-kawan dari Hostel Makarov. Ternyata mereka semua ke sini dulu, sebelum berangkat ke lokasi simposium.

Setelah semua peserta dipastikan telah menaiki 2 bis yang tersedia, sang sopir pun melajukan kendaraan meyambut suasan pagi Kota Moskow. Perjalanan menuju tempat penyelenggaraan Simposium PPI Dunia tahun ini yang dikenal dengan HSE. Sebuah bangunan universitas yang terdiri dari beberapa lantai dan ruang-ruang kuliah.

Tidak lama kemudian kami sudah sampai dan panitia langsung memandu kami untk masuk ke dalam gedung. Masing-masing peserta diberikan paket delegasi, berupa tas, buku catatan, pena, dan gelang HSE. Peserta yang sudah dapat itu, mengisi daftar hadir, dan langsung diperkenankan untuk memasuki ruangan.

Ruangan yang kami masuki seperti kelas kuliah biasa di perguruan tinggi. Jarak antara meja dengan kursi sangat sempit, sehingga peserta agak kesulitan keluar dari kursinya. Di kursi depan beberapa tamu undangan ternyata telah hadir dan terlihat beberapa panitia yang sedang sibuk mengatur sound system.

Acara dibuka sekitar pukul 10 am ketika Bapak Kapolri Tito Karnavian memasuki ruangan. Seperti biasa, acara dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, do'a, dan sambutan-sambutan. Sambutan juga disampaikan oleh Ketua PPI Dunia yang sebentar lagi demisioner, Pandu, dari PPI Jepang. Selain itu juga ada sambutan dari Dubes Indonesia untuk Rusia dan Belarusia.

Bapak Kapolri menyampaikan sambutan sekaligus persentasi dengan materi, "Peran Pemuda dalam Menyongsong Indonesia Emas 2045". Beliau menyampaikan materi sekitar 30 menit tanpa diadakan tanya jawab setelahnya. Beliau juga membagikan dua buah buku karangan beliau kepada masing-masing PPI Negara yang hadir.

Hari pertama ini memang diagendakan untuk pembukaan acara dan penyampaian materi-materi. Berbagai pembicara dari kalangan orang-orang penting tanah air hadir di sini, mulai dari Kapolri, Staf Ahli Presiden, Ketua Asosiasi Dosen Indonesia, Wakil Ketua MPR, hingga pengusaha-pengusaha muda yang sedang naik daun.

Setelah pembukaan dan 1 pembicara telah tampil, kami dipersilahkan untuk coffe break. Akhirnya kami bertemu dengan makanan-makanan Indonesia yang disediakan oleh panitia. Ruangan makan masih terletak di lantai yang sama, tepatnya di depan ruang pembukaan. Meja dan kursi diatur berkelompok-kelompok dengan makanan dionggok dimeja depan. Di sinilah peserta saling berinteraksi satu sama lain, mereka tidak harus satu meja dengan rekan 1 PPI Negaranya. Obrolan yang terbangun sangat cair antara panitia dan peserta, maupun antar sesama peserta.

Tidak lama istirahat kami kembali masuk ruangan untuk mendengarkan materi berikutnya. Bukan berburuk sangka sama panitia, tapi saya merasakan aroma dominasi pemerintah sangat terasa. Tidak ada satu pun pembicara dari oposisi. Wakil MPR yang jadi pembicara itu dari Partai Golkar. Bahkan ada juga pembicaranya atas nama Generasi Muda Golkar. Apalagi staf presiden ketika jadi pembicara, beliau terkesan bukan sebagai pemateri melainkan juru kampanye. Tidak diragukan lagi beliau pun "dihantam" oleh beragam pertanyaan dan kritikan oleh peserta ketika sesi diskusi dibuka.

Saya pribadi tidak ada masalah dengan para pembicara yang berasal dari parpol atau pun staf kepresidenan, namun saya menyayangkan panitia tidak menghadirkan penyeimbang dari perspektif oposisi. Hal itu penting, agar diskusi kita semakin dinamis dan mahasiswa yang hadir didorong untuk bersikap kritis dengan situasi yang terjadi saat ini.

Tema yang diusung oleh panitia saya rasa sangat penting, dan perlu penjabaran dalam lingkup yang lebih kompleks. Bicara pemuda Indonesia 2045 untuk mengisi pembangunan dengan berkontribusi maksimal, tidak bisa dilepaskan dengan berpikir kritis, bertindak kreatif, dan penuh tanggung jawab. Organisasi seperti PPI Dunia inilah yang menjadi salah satu wadah dalam mewujudkan hal tersebut. Pemuda tidak bisa lagi didikte karena mereka kadang bahkan lebih banyak akses informasi yang diperolehnya. Sisi penting untuk ditonjolkan adalah bagaimana pemuda, terkhusus para diaspora Indonesia yang kuliah di luar negeri semakin mengeratkan kerja sama mreka dalam organisasi yang dinamis.

Setelah makan siang dan shalat zuhur, materi dilanjutkan untuk sesi berikutnya. Semua peserta kembali ke ruangan. Kali ini penyampaian materinya cukup unik, yaitu melalui teleconference dengan Gubernur DKI Jakarta, Bapak Anies Baswedan. Beliau menyapa kami dan memberikan pesan agar memanfaatkan waktu dengan baik ketika sekolah di luar negeri. Ternyata beliau juga cukup aktif di PPI Permias sewaktu beliau belajar di Amerika Serikat.

Beliau menambahkan, sebagai mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di berbagai negara seperti kami saat ini, setidaknya ada 3 hal yang menjadi nilai plus. Pertama, kemampuan bahasa Inggris terasah dengan baik, karena seringya berinteraksi dari orang-orang luar negeri di lingkungan kampus. Selain itu materi pelajaran juga menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar. Kedua, pengalaman hidup dan lingkup pergaulan juga membentuk karakter bagi mahasiswa dalam membentuk jaringan. Pergaulan luas sangat penting bagi masyarakat di dunia global untuk bertukar pikiran dalam menumbuhkan ide-ide solutif untuk bangsa ke depan. Ketiga, menggali potensi akademik di negara tempat kita belajar. Iklim akademik yang bagus bisa kita bawa dan kembangkan se sampai di tanah air nantinya.

Tidak lama beliau menyampaikan materi dan sekaligus tanya jawab. Acara berlanjut dengan diskusi-diskusi dengan para pembicara yang lainnya. Hingga pukul 6 pm semua materi sudah tersampaikan oleh pembicara. Kami peserta yang terbagi dalam beberapa kelompok dipertmukan dengan LO untuk kelopmpok kami.

LO inilah yang akan memandu kami selama acara, baik itu mengenai penjemputan dari hostel ke lokasi simposium, maupun hal-hal lain yang dirasa perlu. LO kami bernama Monica dan Vega beliau berdua kuliah di Moscow ini, dan tentunya berasal dari Indonesia. Sementara dalam 1 grup saya terdiri dari 8 orang dan semuanya laki-laki.

Kami berkumpul dan berkenalan terlebih dahulu dengan LO. Setelah itu mereka berdua langsung mengajak kami ke hostel dengan menggunakan transportasi publik di Moscow. Karena bus yang menjemput tadi pagi hanya untuk berangkat acara pembukaan saja. Selanjutnya untuk kepulangan hari ini, dan hari-hari berikutnya kami niak metro yang dipandu oleh LO.

Beriringan dengan peserta lain bersama masing-masing LO mereka, kami keluar gedung pertemuan untuk menuju stasiun metro menuju hostel penginapan masing-masing. Saya merasa lega karena rangkaian acara hari ini dapat saya ikuti dengan maksimal. Biasanya jika ada pembicara saya akan selalu mengantuk, tetapi kali ini lebih bisa fokus karena saya bisa ikut memberikan pertanyaan serta topik-topik yang dibahas cukup menarik.

Perjalanan di metro terasa tidak begitu lama dan kami telah sampai di stasiun dekat hostel kami menginap. Saya dan kawan-kawan yang lain bersih-bersih dan istirahat sejenak sebelum masuk waktu maghrib pukul 9 pm.

Hari Selasa, 23 Juli 2018 merupakan hari kedua simposium. Kami dijemput oleh salah seorang LO ke hostel dan bersama-sama jalan kaki menuju stasiun metro. Perjalanan yang ditempuh di tengah udara segar pagi hari cukup menyenangkan.

Agenda hari ini adalah pembahasan tata tertib sidang, pemilihan presidium sidang tetap, dan penyampaian laporan pertanggungjawaban pengurus PPI Dunia periode 2017-2018. Masing-masing PPI negara hanya diwakili oleh dua orang utusan mereka dalam sidang ini. Mas Hafiz dan saya mewakili PPI Malaysia, sedangkan Mas Hani tetap di ruangan sidang, karena beliau merupakan tim ad hoc penyusun AD/ART PPI Dunia. Sementara BEM dan peserta lainnya masuk ke ruangan sebelah, karena ada juga seminar tentang ekonomi.

Pembukaan sidang dipimpin oleh presidium sementara, Mas Pandu selaku ketua umum PPI Dunia dan sekretaris umumnya. Sidang membahas pasal-pasal mengenai tata tertib persidangan. Selain itu juga memilih presidium sidang tetap sejumlah 3 orang. Agar lebih adil, masing-masing presidium mewakili 3 kawasan PPI Dunia, yaitu: Kawasan Asia Oceania, Timur Tengah dan Afrika (Timtengka), dan Kawasan Amerika-Eropa (Amerop).

Melalui musyawarah dan mufakat terpilih lah 3 orang presidium tetap, yaitu: Mas Hani dari PPI Malaysia, Mas Ghifari dari PPI Iran, dan Mas Erik dari PPI United Kingdom. Mereka bertiga memimpin sidang lanjutan yang segera membahas LPJ pengurus lama. Sebelumnya dalam sidang cukup banyak saran-saran dan unterupsi yang muncul, karena banyaknya pikiran dan pendapat yang berbeda dari peserta sidang. Namun secara keseluruhan masih bisa dikendalikan agar tidak berlarut-larut dan menghabiskan waktu.

Penyampaian LPJ dari pengurus lama cukup menyita waktu. Mereka mempresentasikan apa saja program yang telah berhasil diangkatkan selama setahun masa kepengurusan. Masing-masing koordinator bahu membahu membantu Mas Pandu dalam menyampaikan laporan ke forum sidang. Setelah pelaporan peserta sidang dipersilahkan untuk memberikan tanggapan dan penilaian terhadap kinerja mereka. Tanggapan tidak terlalu banyak karena mungkin peserta sudah merasa cukup jelas atau mereka sudah mulai jenuh. Akhirnya diputuskan LPJ mereka diterima.

(Bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar