A Trip to Russia (5) - Cerita si Buyung

Latest

Menghimpun Serpihan Perjalanan Seorang Pemuda Minangkabau

Jumat, 07 September 2018

A Trip to Russia (5)


Usai penyampaian, pembahasan, dan penilaian LPJ pengurus, secara resmi Mas Pandu dan kawan-kawannya dinyatakan demisioner. Selanjutnya dilanjutkan dengan pembahasan AD/ART organisasi. Pembahasan ini berbeda dengan kongres atau mubes-mubes biasa yang memerlukan waktu lama, sedangkan ini hanya sebentar saja. Hal itu dikarenakan sebelumnya AD/ART itu telah dirancang oleh sebuah tim yang dibentuk oleh PPI Dunia.

Ada beberapa point juga di AD/ART itu yang kurang, terutama dalam hal mekanisme keluar dan masuk organisasi. Karena tahun ini PPI Belanda mau bergabung kembali ke PPI Dunia, karena setahun belakangan mereka menyatakan keluar dari PPI Dunia. Pembahasan ini cukup alot di persidangan, karena belum ada mekanisme tentang PPI yang bergabung kembali. Apakah disamakan dengan yang baru masuk atau bagaimana. Akhirnya diputuskan status PPI Belanda sama dengan PPI negara yang baru bergabung tahun ini.

Usai pembahasan AD/ART, sidang dilanjutkan dengan kegiatan pemilihan Koordinator PPI Dunia periode 2018-2019. Sebagaimana yang telah diketahui bersama oleh peserta sidang, ada dua calon yang bertarung memperebutkan kursi itu, yaitu Mas Fajar dari PPI Thailand dan Mas Dimas dari PPI Finlandia. Masing-masing calon dihadapkan kepada forum untuk menyampaikan gagasan mereka. Setelah itu mereka juga dipanel untuk beradu argumentasi antara satu dengan yang lainnya. Beberapa pertanyaan juga dilontarkan oleh peserta sidang untuk mereka jawab sesuai dengan kapasitas pemahaman dan penguasaan masing-masing.

Tibalah masanya untuk menentukan pilihan. Panitia pemilihan sebelumnya membuat aturan bahwa 1 PPI negara memiliki hak 1 suara. Tapi sebelum voting langkah-langkah seperti musyawarah mufakat dan lobi dilakukan terlebih dahulu. Kedua calon dipersilahkan meninggalkan ruangan untuk sementara. Karena menemukan jalan buntu pada tahap musyawarah mufakat dan lobi, maka diputuskan untuk voting saja.

Mas Hafiz mewakili PPI Malaysia untuk pemungutan suara. Masing-masing pemilih dipanggil oleh panitia pemilihan secara bergiliran ke depan untuk mencoblos kertas yang telah disediakan. Ada juga surat rekomendasi tertulis dari beberapa PPI negara yang tidak hadir, dan itu diterima oleh forum. Usai pencoblosan, para calon diminta masuk ruangan karena mereka akan menyaksikan perhitungan suara. Singkat kata, Mas Fajar dari PPI Thailand memperoleh kemenangan telak pada pemilihan tersebut karena selisih suara yang cukup jauh.

Mas Pandu maju ke depan untuk melakukan prosesi serah terima jabatan sebagai Koordinator PPI Dunia kepada Mas Fajar. Hadirin menyaksikan moment itu dengan mengucap syukur, karena suksesi kepemimpinan yang menjadi agenda utama kedatangan mereka ke negeri beruang merah ini, telah berjalan dengan lancar tanpa sebarang hambatan.

Ketika hari menunjukkan jam 6 pm, sidang ditunda untuk dilanjutkan esok hari. Para peserta sidang menuju pintu keluar dan disambut oleh LO kelompok masing-masing. Sambil melepas penat, kami bercengkrama di luar ruangan menunggu yang lain turun. Setelah semua anggota grup lengkap, kami berangsur-angsur berjalan menuju stasiun metro.

Rabu, 25 Juli 2018, merupakan hari ketiga kegiatan Simposium Internasional PPI Dunia. Seperti biasanya, jam 9 am peserta sudah tiba di Gedung HSE untuk melakukan pengisian daftar kehadiran. Kami sudah siap untuk mengikuti agenda pembahasan selanjutnya.

Hari ini dibuka lagi dengan materi tambahan yang diberikan oleh staf kepresidenan RI. Sebenarnya bukan materi tapi lebih banyak dalam bentuk diskusi. Beliau mengharapkan masukan dan saran dari mahasiswa yang berkumpul di sini kepada pemerintah. Setelah itu juga ada materi lanjutan tentang kampus tuan rumah penyelenggara SI Rusia ini. Mereka mengajak agar mahasiswa Indonesia tidak ragu-ragu memilih HSE sebagai kampus tujuan mereka di luar negeri.

Usai materi-materi itu disajikan, sidang kembali dibuka. Kali ini agenda pembahasan adalah siapa tuan rumah SI PPI Dunia tahun depan. Ini misi penting kami dari PPI Malaysia datang ke sini, untuk menawarkan Malaysia sebagai tuan rumah di 2019. Selain PPI Malaysia ternyata ada 1 lagi PPI yang mengajukan diri, yaitu PPI China.

Kedua perwakilan PPI tersebut diminta maju ke depan untuk melakukan presentasi. Dimulai oleh PPI Malaysia yang disampaikan oleh Mas Hafiz, dan selanjutnya PPI China diwakili oleh Mas Fadlan, ketua PPI nya langsung. Pada akhirnya setelah ruang diskusi dibuka, PPI China menyerahkan mandat itu kepada PPI Malaysia, dan secara aklamasi forum sepakat mengamanahkan PPI Malaysia sebagai tuan rumah Simposium Internasional PPI Dunia tahun 2019.

Kami utusan dari delegasi Malaysia sangat lega, karena misi penting yang kami bawa telah berhasil ditunaikan. Keputusan tersebut berarti kawan-kawan PPI negara memberikan kepercayaan dan apresiasi kepada Malaysia sebagai tuan rumah. Selanjutnya, amanah ini tentunya akan kami jaga dengan upaya maksimal dalam memberikan pelayanan terbaik pada perhelatan akbar tahun depan.

Sidang dilanjutkan dengan sidang komisi. Panitia membagi peserta sidang menjadi 5 kelompok komisi. Setiap komisi membahas komisi masing-masing, yaitu: komisi pendidikan, sosial budaya, ekonomi, energi, dan komisi kesehatan. Saya memilih masuk komisi pendidikan, sesuai dengan kapasitas pengetahuan yang saya miliki.

Beberapa ruangan kelas telah disiapkan panitia untuk setiap komisi melakukan sidang internal. Komisi pendidikan membahas sistem pendidikan di Indonesia, mencakup evaluasi, road map, dan masukan dari kawan-kawan untuk perbaikan. Program pendidikan PPI Dunia nantinya akan disinergikan dengan kebutuhan pemerintah. Beberapa rekomendasi dan program kerja pun telah ditelurkan dari komisi kami.

Tidak terasa, hari pun beranjak petang. Para peserta SI kembali berkumpul di ruangan besar untuk mendengar pengumuman  dari penitia. Pembahasan akan dilanjutkan esok hari dan panitia juga mengumumkan bahwa besok adalah hari terakhir acara. Kami pun mencari LO masing-masing untuk bersama dengan rombongan kembali ke hostel.

Hari ini Kamis, 26 Juli 2018, kami telah bangun seperti biasanya dan siap-siap untuk ke tempat simpisium. Jalanan pagi Kota Moscow masih seperti biasa dengan pemandangan orang-orang berlalu lalang menuju titik tujuan masing-masing. Suasana stasiun metro tetap ramai seperti biasanya, dan kami pun turut berdesakan di dalamnya.

Sidang kembali digelar oleh presidium setelah dipastikan sebagian besar peserta memasuki gedung. Setelah dibuka, presidium mempersilahkan kami untuk kembali ke ruangan komisi untuk melanjutkan pembahasan yang tertunda kemarin.

Setelah waktu dirasa cukup, presidium meminta semua anggota sidang komisi untuk berkumpul kembali di ruang sidang utama. Masing-masing komisi mempresentasikan hasil sidang mereka untuk dibahas oleh semua peserta sidang yang hadir. Ada juga komisi yang menampilkan yel-yel menunjukkan kekompakan mereka. Komisi kami juga membawakan yel-yel "selamat pagi cikgu", khas upin ipin. Semua tampil tiada halangan apa pun. Sidang pun bisa ditutup dengan membacakan hasil selama 4 hari ini, berikut dengan rekomendasi komisi yang baru dipresentasikan.

Usai sidang, kami melihat masih ada waktu menjelang malam penutupan. Panitia memberi kami waktu luang untuk bepergian seputar Moscow bagi yang mau. Saya mengajak beberapa kawan untuk mengunjungi Masjid Katedral. Ada sekitar 8 orang kami sepakat pergi ke sana, naik metro, tanpa didampingi panitia. Tampaknya setelah beberapa hari, di antara kami sudah mulai bisa membaca peta stasiun metro di kota ini.

Setelah naik metro dan bergonta ganti stasiun, akhirnya kami sampai di stasiun dekat masjid yang kami tuju. Kami berjalan sekitatlr 500 meter, dan akhirnya nampaklah kubah masjid. Hati saya bergetar, karena sudah hampir seminggu di sini, baru bertemu dengan yang namanya masjid.

Keunikan masjid ini sudah terlihat dari namanya, yaitu Masjid Katedral. Sebagaimana kita tahu bahwa katedral artinya tempat ibadah orang kristen. Masjid ini konon diberi nama itu, karena bentuknya yang mirip seperti katedral ortodoks Russia. Memang kalau kita perhatikan, katedral-katedral di sini mirip masjid, karena ada kubah yang melengkung parabola. Adapun yang membedakannya di puncak atas terdapat salib, sedangkan masjid terdapat ukiran bulan bintang.

Masjid Katedral Moscow merupakan masjid terbesar di dataran Uni Eropa. Kapasitasnya bisa menampung ribuan jemaah dan gaya ukirannya seperti perpaduan seni antara dunia timu dan barat. Saya tidak melewatkan kesempatan untuk shalat sunat dua rakaat, semoga masjid ini menjadi saksi kelak di hari kiamat bahwa saya pernah bersujud kepada Tuhan pemilik alam semesta di sana.

Kami bisa mengambil wudhu dengan leluasa, tidak lagi perlu menaikkan kaki ke sinki, sebagaimana berwudhu di hostel. Saya lihat ada beberapa kelompok pemuda berwajah Uzbekistan sedang belajar membaca Quran dengan teman mereka. Di antara kami ada yang tidur di dalam masjid, beristirahat. Ada juga yang lainnya jepret sana, jepret sini, untuk mengabadikan moment langka tersebut.

Setelah istirahat dan mengambil gambar di masjid ini, kami ke kembali ke stasiun metro, menuju Gedung HSE. Kemacetan sore hari ditambah beberapa kali kami seperti kehilangan arah rute, membuat kami sedikit terlambat sampai ke balai pertemuan. Acara penutupan sudah dimulai. Tampak di depan duta besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia sedang menyampaikan kata sambutan. Saya perhatikan ruangan ini penuh sesak, dipadati oleh peserta SI dan kawan-kawan mahasiswa dari Indonesia yang sedang belajar di sini. Mereka sangat ramah sebagai tuan rumah. Meski kami agak terlambat datang, mereka masih memprioritaskan kami untuk dapat duduk.

Acara penutupan terus berlangsung dengan aneka ragam penampilan. Ada yang solo song, tari tradisional Indonesia, tari modern, berpuisi, dan lain sebagainya. Tidak ketinggalan juga makanan dibagikan oleh panitia sementara acara tetap berlangsung. Kami mengisi perut dengan lahap, karena masakannya sangat enak menurut saya.

Bersambung...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar