Cerita dari Thailand (1) - Cerita si Buyung

Latest

Menghimpun Serpihan Perjalanan Seorang Pemuda Minangkabau

Selasa, 31 Desember 2019

Cerita dari Thailand (1)



Saya harus bisa keluar negeri tahun ini! Ya, itu merupakan tekad saya di penghujung tahun 2019. Maksudnya, saya bisa keluar dari Malaysia untuk menambah list negara yang pernah saya kunjungi. Dan pilihanku jatuh ke Thailand, karena saya belum pernah secara sengaja datang ke sana (kecuali transit sebentar di Bangkok waktu saya dulu pergi ke Rusia). Saya pilih Thailand karena lebih murah dari segi ongkos dan tidak jauh dari tempat saya berdomisili sekarang, Tanjong Malim. Saya mulai dengan melakukan browsing di Internet dan ternyata ada  ETS (kereta api cepat) dari Tanjong Malim menuju Thailand melewati Padang Besar. Dari Padang Besar itu ada train menuju Hatyai (Thailand).

Pada 27 Desember 2019 saya beli tiket ke Station KTM Tanjong Malim, seharga Rm 66 untuk sekali jalan dari TM ke PB, total Rm 132 untuk pulang-pergi. Saya beli tiket untuk 30 Desember 2019 pergi dan 2 January 2020 balik. Selepas membeli tiket, saya menggunakan aplikasi traveloka untuk memboking penginapan untuk 3 malam di Hatyai. Saya bayar total untuk penginapan Rm 74. Murah memang, karena saya ambil paket backpacker.

Sehari sebelum berangkat saya pergi ke pekan Tanjong Malim untuk menukar ringgit ke bhat (mata uang Thailand). Saya tanya berapa currancy, orang money changer menjawab 1 ringgit setara 7 bhat. Akhirnya saya putuskan untuk menukar duit hanya rm 150 saja, dan saya peroleh 1.060 bhat.

Pada hari keberangkatan pukul 5 pagi saya sudah bangun, solat subuh, mandi, dan dilanjutkan dengan paking barang. Tidak banyak barang atau pakaian yang saya bawa, hanya 1 tas sandang dan 1 tas kecil untuk letak hp, paspor, dan power bank. Waktu keberangkatan 8.40 am, 1 jam sebelum itu saya sudah ke luar rumah sambil membawa barang-barang, sarap an, dan membeli roti untuk bekal perjalanan.
Setelah sarapan di Medan Selera, depan Masjid Jamek Tanjong Malim, saya langsung menuju Stasiun Tanjong Malim dengan motor. Cuaca pagi sangat segar, langit cerah, dan jalanan tiada macet, sebab masih cuti sekolah.

Sampai di stasiun, saya langsung parkirkan motor. Di depan kaunter penjualan tiket saya tanya, dimana platform untuk ke Padang Besar. Mereka menyuruh saya untuk mnunggu di platform 2. Tidak lama kemudian, tepat 8.40 AM, kereta api yang akan saya tumpangi pun sampai. Saya dan para penumpang lain masuk secara tertib.

Kereta api cepat ETS dari Tanjong Malim menuju Padang Besar ini sangat nyaman. Air conditioner tidak terlalu dingin, toiletnya pun bersih, dan tidak bau. Di dalam juga ada bar kecil untuk orang yang mau memesan makanan atau minuman. Saya mempunyai teman sebangku seorang India Malaysia. Dia cukup ramah dan suka bercerita, sehingga saya banyak belajar dari pengalaman-pengalamannya. 

Sepanjang jalan dikelilingi oleh pemandangan hijau, seperti kebun sawit, karet, dan padi yang membentang luas di area persawahan. Sungguh cantik dan elok alam diciptakan oleh Allah, tuhan semesta alam. ETS beberapa kali berhenti di stasiun-stasiun untuk menaik dan menurunkan penumpang. Kawan satu bangku dengan saya itu turun di Stasiun Sungai Petani. Kami sempat bertukar nomor watsapp, jika ada rezki bisa berjumpa lagi.

Pukul 1 pm ETS telah sampai di Padang Besar, dan saya pun bergerak turun untuk mencari informasi menuju Hatyai.
Saya bertanya pada petugas stasiun, mereka menunjukkan kaunter ticket yang rupanya tidak jauh dari sana. Ternyata kaunter tutup dan akan dibuka pada pukul 2.30 pm, lama juga. Saya memutuskan untuk naik ke bangunan atas stasiun, di sana ada kedai-kedai makan, tandas, dan musholah. Saya menunaikan solat jamak qashar zuhur dan ashar di musholah tersebut.

Usai solat saya turun kembali, menuju tempat penjualan tiket. Satu per satu orang berdatangan, mnunggu kaunter tersebut dibuka. Tepat pukul 2.30 pm kaunter pun dibuka. Ketika tiba giliran antrian saya, petugasnya heran, ada paspor Indonesia. Ternyata rata-rata yang beli tiket di kaunter ini pemegang paspor Malaysia dan Thailand. Alih-alih saya bisa membeli tiket itu, malah saya disuruh menemui bos mereka untuk meminta izin pembelian tiket.

Saya datangi tempat bos mereka itu, ternyata ruangannya tidak ada orang. Salah satu petugasnya mengatakan beliau akan masuk dalam pukul 4 pm. Wow saya harus mnunggu lagi 1.5 jam. Saya khawatir tidak sempat beli tiket dan ditinggal train menuju Hatyai. Tapi saya pasrah aja, dan tetap berdoa, agar semuanya lancar.

Saya mencari kursi kosong dekat stasiun itu, membuka bekal makan siang. Sembari makan saya memperhatikan suasana di sini. Banyak orang lalu lalang dengan tujuan masing-masing, tapi tidak terlalu bising.

Stasiun ini bisa dikatakan bangunan perbatasan, karena sparuh bangunannya dikelola pihak imigrasi Thailand. Berbeda dengan kantor imigrasi Malaysia di sebelahnya, kantor imigrasi Thailand cukup unik, karena ada foto raja mereka yang sangat besar. Foto itu dibuat seperti sesembahan tapekong China, ada lilin, dan perangkat lainnya. Belakangan saya ketahui bahwa foto raja itu memang dibuat sedemikian rupa di setiap sudut Thailand. Jangankan menghina, menempatkan posisi raja kalau tidak tepat di Thailand bisa berakibat fatal dengan hukuman berat menanti.

Sebelum pukul 4 pm bos yang saya tunggu-tunggu itu pun sampai. Ternyata dia seorang perempuan, yang dari raut wajahnya tampak ketegasan. Saya menemuinya dan menceritakan masalah saya yang belum diizinkan membeli tiket. Dia bertanya apa tujuan saya ke Hatyai di mana akan menginap. Saya jelaskan dengan hati-hati, akhirnya dia paham. Saya disuruh kembali ke kaunter tiket, katakan bahwa bos sudah menyetujui.

Saya pun kembali ke kaunter tiket, dan saya yang terakhir membeli tiket, karena orang lain sudah memanjang antri untuk persiapan cek imigrasi. Sesampai di kaunter, saya mengatakan bahwa bos mereka sudah setuju, penjual tiket pun sebenarnya sudah tahu, karena dia sempat mengintip tadi. Dia senyum, memberi tiket kepada saya, dan saya bayar 50 baht.

Waktu menunggu untuk cek imigrasi sangat panjang. Ada sekitar 1 jam kami berdiri dalam antrian panjang. Akhirnya pukul 5 pm cek imigrasi selesai di kedua-kedua kantor itu. Ya, cek untuk pelepasan oleh imigrasi Malaysia di stasiun tersebut dan cek imigrasi kedatangan oleh pihak Thailand juga di sana. Alhamdulillah tidak ada masalah untuk cek imigrasi.

Setelah selesai di bagian imigrasi, kami diarahkan untuk menaiki kereta api menuju Hatyai. Awalnya saya cukup kaget dengan kondisi kereta apinya. Seperti kereta api "tempo doeloe", ada kipas angin tergantung, jendelanya terbuka, sehingga angin masuk dengan leluasa, tempat duduknya seperti bangku-bangku biasa. Sangat kontras dengan kereta api di Malaysia. Tapi nikmati saja, yang penting sampai dengan selamat.

Jam 5.30 pm waktu Malaysia kereta api berjalan dan meninggalkan Padang Besar. Saya duduk dekat jendela, karena free sitting jadi bisa memilih. Rambut saya berkibar-kibar diterpa hamparan cahaya sore. Setelah kereta api berjalan, rupanya langsung masuk wilayah Thailand. Hal ini dibuktikan dengan adanya bendera mereka berkibar-kibar di bebrapa titik.

Kereta api pun brhenti, semua penumpang diminta turun. Saya lihat jam, ternyata perjalanan untuk mencapai Hatyai Railway Station dari Padang Besar adalah 1 jam 10 menit. Saya pun turun dan menginjakkan kaki di Negeri Gajah Putih itu.

Sampai di luar saya agak kebingungan bagaimana mencari penginapan yang telah saya tempah sebelumnya. Di aplikasi itu tertulis jarak stasiun ke penginapan hanya 400 meter. Sementara itu nama-nama hotel dan jalan semua ditulis dalam huruf Thailand. Saya memutuskan tidak membela kartu atau paket Internet slama di sini, untuk menghemat anggaran. Jadi bergantung 100% dengan wify penginapan.

Sudah banyak ojek dan tuk-tuk  menunggu di luar stasiun. Seorang pengemudi ojek menghampiri saya, dengan kemampuan bahasa inggris seadanya, dia berusaha bertanya dan menawarkan jasa kepada saya. Saya perlihatkan booking hotel dari hp saya kepada bg ojek itu, dia mengaku tahu tempatnya. Tawar punya tawar akhirnya disetujui 40 baht. Saya pun naik dan tidak lama kemudian kami pun sampai. Ternyata memang jaraknya cukup dekat.

Saya pun check in di penginapan yang akan saya tempati untuk 3 malam ke depan. Handuk ternyata sewa lain, karena saya memang tidak membwa handuk. Biasanya kalau di KL handuk dikasih pas check in, di sini bayar 30 baht sehingga dipulangkan nanti pas check out. Ownernya sepasang suami istri muda dan mereka sangat baik. Bahasa inggris si istri cukup bagus, dan lebih mudah kita untuk bertanya tentang keperluan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar