Pancasila sebagai dasar filsafat negara yang
digali langsung dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat Indonesia,
sejatinya menjadi titik tolak dalam rangka mencapai kesejahteraan sosial.
Namun, dalam perjalanannya, Pancasila mengalami berbagai macam interpretasi dan
manipulasi politik sesuai dengan kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya
kekuasaan yang berlindung di balik legitimasi ideologi Pancasila (Kaelan,
2004:10). Bisa ditarik benang merahnya bahwa permasalahan yang selama ini
terjadi, bukan karena Pancasila-nya, melainkan orang-orang yang berusaha
menafsirkan Pancasila berdasarkan kepentingannya. Sudah saatnya kita kembali
kapada nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pacasila, sehingga gejolak dan
unsur-unsur disintegrasi yang bisa merugikan bangsa ini bisa dicegah dan
dihentikan.
Generasi muda Indonesia bertanggung jawab
dalam menumbuhkembangkan semangat Pancasila karena mereka merupakan tongkat
estafet kepemimpinan bangsa ke depannya. Menurut Heryansyah (2016), tanggung jawab pemuda secara
pribadi adalah: pertama, terus memperbaiki karakter diri dengan mempelajari dan
mengimplementasikan nilai-nilai dalam Pancasila. Kedua, Pancasila mengandung
nilai-nilai luhur ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan
yang harus ditanamkan sedini mungkin dalam diri masyarakat Indonesia.
Maka penerapan holistik Pancasila sangat
penting dalam membangun integritas pemuda. Pemuda berintegritas adalah sosok pemuda yang sadar
akan posisi, tugas, dan tanggung jawabnya terhadap bangsa dan negara dan
memiliki kemauan yang kuat untuk senantiasa meningkatkan kapasitas dirinya. Sebagai
bagian dari masyarakat, pemuda berintegritas memilki visi yang kuat, aktif
berpatisipasi mendorong percepatan pembangunan nasional di mana saja ia berada,
dengan segenap bidang keahlian yang dimilikinya.
Adapun
langkah-langkah yang bisa dilakukan dalam penerapan holistik Pancasila adalah
sebagai berikut: (1) Sosialisasi. Secara aplikatif dan komprehensif butir-butir
Pancasila mesti disosialisasikan pada generasi muda dalam pewarisan karakter
bangsa. Tersebar luasnya informasi dengan semangat yang sama oleh seluruh stake holder bangsa mendorong pemerataan
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Selain itu diskusi akademik di
kampus-kampus atau perguruan tinggi perlu digalakkan; (2) Penerapan di sekolah.
Pancasila sudah selayaknya kembali menjadi bagian dari kurikulum pendidikan
kita. Nilai-nilai dalam Pancasila mendorong terbentuknya sikap toleransi dan
semangat berprestasi di kalangan pelajar. Guru-guru harus mampu
menginternalisasikan nilai tersebut dalam budaya sekolah; (3) Penguatan
supremasi hukum. Segala bentuk pembiaran pelanggaran akan merusak tatanan
kehidupan dan penegakan prinsip dasar pancasila. Negara harus tegas menindaknya,
karena berkaitan dengan ancaman integritas di masyarakat. Hukum tidak boleh
tebang pilih dalam menegakkan keadilan, sehingga setiap warga negara memang
betul-betul merasa bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan; dan
(4) Latihan bela negara. Pemikiran-pemikiran radikal dan pandangan yang sempit
dengan mengklaim bahwa kelompoknya yang paling baik di bandingkan dengan
kelompok lainnya, bisa dicegah. Salah satunya dengan latihan bela negara. Di
sini pemuda akan ditanamkan semangat patriotisme dan cinta tanah air. Disiplin
yang tinggi serta komitmen dalam menjunjung tinggi falsafah negara juga bagian penting
dalam materi yang disajikan.
Diharapkan
melalui penerapan lagkah-langkah tersebut,
integritas pemuda bisa diwujudkan, sehingga demografi pemuda Indonesia
yang melimpah tidak terbuang secara sia-sia atau pun berbalik menjadi batu
sandungan di masa hadapan.
Referensi:
Kaelan.
(2004). Pendidikan Pancasila, Edisi
Kedelapan. Yogyakarta: Paradigma Offset.
Heryansyah, D. (2016). Tanggung
Jawab Pemuda terhadap Masa Depan Pancasila. Jurnal
Hukum IUS QUIA IUSTUM, 21(4), 607-631).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar