Petualangan ke Strata Fall dan Kunjungan ke Komunitas Orang Asli Suku Semai - Cerita si Buyung

Latest

Menghimpun Serpihan Perjalanan Seorang Pemuda Minangkabau

Sabtu, 19 Agustus 2017

Petualangan ke Strata Fall dan Kunjungan ke Komunitas Orang Asli Suku Semai

Sejak pukul 7.30 pagi ini, 30 orang mahasiswa internasional sudah berkumpul menunggu kedatangan kendaraan yang akan membawa mereka menuju Strata Fall, Behrang Hulu, Perak. Setiap awal semester biasanya International Affairs Division of Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) akan mengadakan tur ke lokasi yang berbeda di Malaysia. Cara perekrutan peserta, mereka menyebarkan borang pendaftaran di official Fb mereka ditujukan kepada mahasiswa UPSI non Malaysia. Semua akomodasi dan konsumsi ditanggung oleh pihak kampus. Kali ini diberi kuota sebanyak 30 orang, siapa yang cepat isi borang maka dia akan ikut. Kebetulan saya juga termasuk dalam 30 orang tercepat tersebut.

Saya melihat mahasiswa internasional sangat tinggi minat mereka untuk mengikuti program tersebut. Hal ini terbukti dengan partisipasi mereka dalam mendaftar, dan ketepatan waktu kehadiran pada spot yang dijanjikan. Pagi ini saya melihat peserta didominasi oleh warga Irak dan Indonesia, selebihnya dari China, Bangladesh, dan negara-negara lainnya. Saya rasa program semacam ini sangat bagus untuk dipertahankan dan dicontoh oleh kampus-kampus mana pun, khususnya di Indonesia. Ini kali kedua saya mengikuti program dari devisi International Affairs tersebut, dan saya mengapresiasi penyelenggara yang melayani dengan sepenuh hati, karena mereka juga membaur dengan peserta.

Perjalanan hari ini dimulai pukul 9 pagi, berangkat dari bus stop, depan Gedung Auditorium UPSI. Kami naik mobil terbuka, konvoi, dan ini baru pertama kali juga bagi saya selama di Malaysia, namun sangat seronok. Tujuan kunjungan kami ada dua tempat, yang pertama adalah Strata Fall dan yang kedua adalah salah satu perkampungan orang asli Malaysia.

Setelah 15 menit dari kampus mobil berhenti di Diamond Creeks untuk sarapan pagi. Pemandangan di sini sungguh indah dan asri. Suasana perkebunan dan perbukitan yang membentang seumpama nyanyian musik alam yang mengiringi di kala makan pagi. Beberapa orang memotret setelah piring mereka kosong, tentunya saya juga termasuk dalam episode kali ini. Entah mengapa saya merasakan kenikmatan tersendiri memfoto suatu objek akhir-akhir ini, biar kamera orang lain saja jika mau memfoto saya.

Kami dikumpulkan untuk briefing setelah dipastikan semua peserta selesai sarapan. Peserta kali ini akan dibagi dua kelompok dan masing-masing kelompok setidaknya ada dua orang pemandu. Setelah pembagian usai dan beberapa pertanyaan dari peserta dijawab pemandu, setiap peserta dipersilahkan menaiki mobil dengan kelompoknya, satu kelompok disediakan dua mobil. Kami meninggalkan Diamond Creeks dan bersiap menuju Strata Fall.

Tadi pemandu mengatakan bahwa diperkirakan 30 menit pertama naik mobil dan 40 menit berikutnya jalan kaki (hiking) menelusuri rimba lebat untuk menuju lokasi air terjun. Nah di sini lah kami sekarang, di atas mobil. Medan yang ditempuh sungguh luar biasa dan menguji nyali. Jalannya belum diaspal, masih tanah liat, apalagi semalam hujan, akibatnya licin, deru mesin mobil melingking di tengah lebatnya pepohonan.

Dalam mobil kehebohan memang tidak bisa dielakkan, didukung dengan tenda mobil yang terbuka sehingga panas cahaya matahari menerobos langsung dan memancing reaksi pada mulut. Peserta ada yang menyanyi, terkadang menjerit, berdoa ketika tanjakan yang mencekam, namun smartphone tetap saja menjalankam tugasnya, ambil gambar.

Mobil berhenti setelah 30 menit perjalanan yang mendebarkan. Semua peserta diminta berkumpul untuk melakukan stretching terlebih dahulu, karena kami akan memasuki babak berikutnya, masuk rumba. Maka diperlukan ketahanan fisik yang prima dan kelenturan anggota tubuh. Sekeliling sudah menampakkan aroma hutan lebat. Kami berdiri di tanah liat dan dipandu oleh panitia untuk peregangan.

Setelah stretching, peserta diminta untuk kembali berhitung, dan mulai membuat barisan panjang untuk memasuki rimba raya. Perjalanan ke dalam hutan dimulai. Saya kebetulan berada di nomor empat. Sifatnya dalam penelusuran seperti ini, jangan biarkan diri kita tertinggal jauh dari orang yang berada di depan kita, agar kita tidak hilang jejak. Di depan ada pemandu yang menunjuki jalan dan sato orang pemandu lagi ada di barisan paling belakang kami. Dalam rimba ini, saya mendapatkan beberapa kali lintah menempel di tangan dan di kaki. Bahkan sampai masuk kaos kaki. Sungguh suatu tantangan. Saya mendapat 6 tanda lintah dengan darah yang terus mengucur akibat gigitannya. Sementara di belakang saya, ada perempuan yang terkadang menjerit ketika kakinya ditempeli lintah, dan saya bantu mencabut lintah itu. Satu lagi hal yang perlu dilakukan menurut pengalaman saya ketika memasuki hutan agar meminimalisir gigitan lintah adalah, jangan berlama-lama berdiri di dalam hutan tersebut, sigap berjalan, sehingga lintah tidak sempat menghampiri kita. Saya dan beberapa orang yang kena banyak tanda lintah karena orang di depan kadang berhenti, menunggu mereka yang di barisan belakang agar tidak terputus.

Akhirnya kami mendengar desiran air terjun. Setelah lebih kurang 30 menit perjalanan kami menemukan Strata Fall. Sontak membuat hati lega karena perjalanan panjang terbayar sudah. Masing-masing langsung melepas sepatu dan kaos kaki, memeriksa jejak-jejak lintah di bagian tubuh, dan merengsek botol minuman karena kehausan di perjalanan. Saya menyeka keringat dan bersyukur akhirnya bisa juga olahraga dengan perjalanan yang menantang di hutan rumba raya. Baju basah oleh keringat dan saya mengistirahatkan diri sejenak, menatap keindahan air terjun di depan mata.

Usai istirahat sejenak, saya tidak sabar lagi untuk langsung terjun ke dalam air. Jadi air terjunnya itu mengalir melalui batu dan di bawah batunya ada lubuk, di sanalah kita bisa berenang. Beberapa kawan yang telah sampai pun menyusul, maka kesenangan main air semakin dirasakan. Bagi yang tidak ikut mandi tetap pegang kamera untuk mengabadikan moment ini. Kami berenang di sini cukup lama.

 (Bersambung)

Gambar1: Orang Indonesia tidak pernah kehabisan bahan gosip, tapi kami bangga sebagai "tukang rusuh", ga ada kami ga afdhol

Gambar3: Salah satu mobil panitia (international affairs) sudah terparkir

Gambar4: Menunggu mobil jemputan

Gambar5: Peserta berangkat, siap menuju lokasi

Gambar:

Gambar:

Gambar:

Gambar:

Gambar6:

Gambar:

Gambar7: Kami sarapan pagi di sebuah rumah di Diamond Creeks

Gambar8:

Gambar9:

Gambar10:

Gambar11:

Gambar12:

Gambar13:

Gambar14:

Gambar15:

Gambar:

Gambar:

Gambar:

Gambar16: Jalan laluan mobil luar biasa mendebarkan dan memacu adrenalin

Gambar:

Gambar17:

Gambar18:
Gambar:

Gambar19: Setelah Turin dari mobil dan persiapan stretching sebelum masuk hutan

Gambar20:
Gambar:

Gambar21: Medan yang kami tempuh berupa hutan belantara

Gambar22:

Gambar23:

Gambar24: Akhirnya sampai juga di Strata Fall

Gambar25:

Gambar26:

Gambar27:
Gambar:

Gambar:

Gambar:

Gambar:

Gambar28: Anak-anak orang asli menunggu kedatangan kami

Gambar29: Nama tariannya tari sewang, merupakan tari tradisional mereka (suku orang asli)

Gambar30:

Gambar:

Gambar:

Gambar31: Namanya Revina, umur 4 bulan, bayi orang asli, dan di sebelah adalah neneknya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar