Ada pekerjaan rumah yang amat penting bagi pengelola perpustakaan pada abad ini. Kerja tersebut meliputi bagaimana mempertahankan eksistensi pustaka di era teknologi yang semakin pesat. Masyarakat, utamanya generasi muda sudah memiliki alternatif yang sangat menggiurkan untuk memperoleh kebutuhan informasi mereka, yaitu melalu internet. Mereka tinggal isi paket data atau menggunakan wify dan bisa berselancar di dunia bebas tanpa batas dengan menggunakan smartphone dan laptop di mana pun tempat yang mereka anggap nyaman.
Ketergantungan generasi muda dengan digital di satu sisi sangat membahayakan, terutama berkaitan dengan media sosial yang cenderung membuat mereka apatis dengan lingkungan terdekatnya. Namun di sisi lain, melalui sarana itu juga mereka bisa membangun suatu gerakan yang bisa merubah perwajahan suatu bangsa kepada sesuatu yang lebih baik. Sementara itu dalam hal membuat tugas-tugas perkuliahan internet sangat bisa diandalkan.
Tapi kemajuan digital tidak seharusnya meninggalkan perpustakaan sebagai rujukan baku. Kualitas pembaca buku konvensional dibandingkan dengan pembaca buku di internet, tetap masih lebih baik. Hal ini dikarenakan interaksi mereka dengan buku akan meninggikan harapan, rasa kagum, dan keinginan yang kuat untuk menerapkan apa yang dibaca sambil meraba bendanya. Ada kekuatan yang tidak terlihat dari sebuah buku, yang mampu membuat seseorang untuk berubah.
Inilah faktor utama mengapa perpustakaan tidak bisa kita lupakan. Demi untuk menarik minat pengunjung dan menunjukkan eksistensi perpustakaan, semua pihak yang terlibat dalam kepustakawanan mestilah berbenah. Adapun langkah-langkah yang perlu diterapkan, akan diuraikan pada paragraf berikutnya.
Pertama, menjaga kebersihan dan kenyamanan tempat bagi pengunjung. Aspek ini berkaitan dengan usaha agar pembaca menikmati waktu-waktu mereka di perpustakaan. Sudah selayaknya pustaka mampu bertransformasi sebagai rumah yang nyaman bagi penghuninya. Sampah dan kursi-kursi yang berantakan harus dikondisikan dan dibuat papan himbauan kepada setiap pengunjung untuk saling menjaga. Selain itu ventilasi udara atau kipas angin juga diperlukan. Jika memang gedung mewah, pengaturan pendingin ruangan juga perlu menjadi perhatian. Meja dan kursi disediakan dalam tata letak yang sesuai, sehingga memang betul-betul menjadi sebuah tempat yang menyenangkan untuk membuka buku dan menulis. Selain itu, juga harus dipastikan adanya colokan, untuk mengecas baterai laptop atau pun alat elektronik lainnya.
Kedua, koleksi buku-buku terbaru harus menjadi perhatian pengelola perpustakaan. Saya sering mengunjungi beberapa perpustakaan yang minim koleksi buku-buku yang masih "hangat". Umumnya novel-novel motivasi terbitan terbaru susah untuk ditemui, memang di toko buku tersedia banyak, tapi harganya kadang belum terjangkau oleh pembaca, utamanya kalangan bawah yang hobi membaca. Masyarakat atau generasi muda umumnya haus dengan bacaan-bacaan yang fresh dan renyah, sehingga mampu menyerap ke dalam nalar mereka dan membentuk persepsi baru tentang nilai kehidupan. Sebenarnya inilah kunci utama dari hobi membaca itu, dan untuk menjadi hobi tentunya dimulai dari buku-buku yang berkualitas yang mengangkat fenomena kekinian.
Ketiga, perpustakaan harus mampu menyediakan ruang diskusi. Pengunjung terkadang datang berkelompok dan perlu ruang untuk mendiskusikan suatu topik setelah mereka membaca. Ruang-ruang berukuran kecil sudah sewajarnya ada di perpustakaan, sehingga mampu dijadikan ajang diskusi, debat, adu argumen, serta latihan untuk presentasi bagi pengunjung. Ide-ide kreatif akan bergema di ruangan itu, sehingga memang betul-betul terwujud dinamika keilmuan di dalamnya.
Keempat, adanya kafe yang melayani kebutuhan fisik pengunjung. Permainan akal dan membaca juga memerlukan energi. Perpustakaan yang baik seharusnya menyediakan tempat atau ruangan untuk mengantisipasi hal tersebut. Kantin yang menjual makanan juga menunjang agar pengunjung merasa betah dan mencegah mereka untuk pergi ke luar dari area perpustakaan. Selain itu, pengunjung bisa bertemu ramah, merilekskan otak, sambil mengunyah makanan.
Kelima, durasi buka perpustakaan perlu diperpanjang. Ini menjadi masalah utama beberapa perpustakaan kita di Indonesia karena durasi bukanya yang sangat pendek. Coba kita lihat, kampus-kampus di luar negeri, pada umumnya menyediakan ruangan 24 jam untuk mahasiswa belajar di pustaka. Malam-malam mereka di pustaka sangat ramai tapi tidak bising. Semua berkutat dengan laptop dihadapan dan buku-buku yang teronggok di meja belajar mereka.
Keenam, koneksi internet yang memadai. Tidak bisa dinafikan bahwa Internet telah menjadi kebutuhan dasar bagi pelajar mileneal. Mereka akan berselancar mencari informasi yang dianggap menopang kepentingan belajar mereka. Perpustakaan tidak harus pesimistis bahwa pemasangan wify di pustaka dapat mengurangi kegandrungan pengunjung kepada buku. Justru sebaliknya, antara buku dengan internet saling menunjang dan memperkuat. Perpustakaan yang menyediakan wify gratis merupakan pilihan yang sangat menjanjikan bagi generasi muda. Mereka akan antusias berkunjung dan menjadi bagian dari motor penggerak peradaban.
Ketujuh, ketegasan yang memihak orang banyak. Artinya, pengelola perpustakaan haruslah tegas dan disiplin. Memberikan teguran kepada pengunjung yang mengganggu ketentraman orang lain. Memastikan bahwa proses kepustakawanan berjalan dengan lancar, seperti pemulangan buku, ketentuan denda, buku rusak, hilang, dan lain sebagainya.
Saya sangat terkesan dengan dua perpustakaan sejauh ini, yaitu Perpustakaan Kota Yogyakarta dan Perpustakaan Tuanku Bainun, Universiti Pendidikan Sultan Idris, Malaysia. Saya mengagumi keduanya karena bagus layanan yang diberikan kepada pengunjung dan beberapa indikator di atas terpenuhi. Semoga dua pustaka ini selalu berbenah dalam meningkatkan layanan dan pustaka-pustaka lainnya, terutama di tanah air, memiliki semangat dan cita-cita menuju ke arah itu.
Pertama, menjaga kebersihan dan kenyamanan tempat bagi pengunjung. Aspek ini berkaitan dengan usaha agar pembaca menikmati waktu-waktu mereka di perpustakaan. Sudah selayaknya pustaka mampu bertransformasi sebagai rumah yang nyaman bagi penghuninya. Sampah dan kursi-kursi yang berantakan harus dikondisikan dan dibuat papan himbauan kepada setiap pengunjung untuk saling menjaga. Selain itu ventilasi udara atau kipas angin juga diperlukan. Jika memang gedung mewah, pengaturan pendingin ruangan juga perlu menjadi perhatian. Meja dan kursi disediakan dalam tata letak yang sesuai, sehingga memang betul-betul menjadi sebuah tempat yang menyenangkan untuk membuka buku dan menulis. Selain itu, juga harus dipastikan adanya colokan, untuk mengecas baterai laptop atau pun alat elektronik lainnya.
Kedua, koleksi buku-buku terbaru harus menjadi perhatian pengelola perpustakaan. Saya sering mengunjungi beberapa perpustakaan yang minim koleksi buku-buku yang masih "hangat". Umumnya novel-novel motivasi terbitan terbaru susah untuk ditemui, memang di toko buku tersedia banyak, tapi harganya kadang belum terjangkau oleh pembaca, utamanya kalangan bawah yang hobi membaca. Masyarakat atau generasi muda umumnya haus dengan bacaan-bacaan yang fresh dan renyah, sehingga mampu menyerap ke dalam nalar mereka dan membentuk persepsi baru tentang nilai kehidupan. Sebenarnya inilah kunci utama dari hobi membaca itu, dan untuk menjadi hobi tentunya dimulai dari buku-buku yang berkualitas yang mengangkat fenomena kekinian.
Ketiga, perpustakaan harus mampu menyediakan ruang diskusi. Pengunjung terkadang datang berkelompok dan perlu ruang untuk mendiskusikan suatu topik setelah mereka membaca. Ruang-ruang berukuran kecil sudah sewajarnya ada di perpustakaan, sehingga mampu dijadikan ajang diskusi, debat, adu argumen, serta latihan untuk presentasi bagi pengunjung. Ide-ide kreatif akan bergema di ruangan itu, sehingga memang betul-betul terwujud dinamika keilmuan di dalamnya.
Keempat, adanya kafe yang melayani kebutuhan fisik pengunjung. Permainan akal dan membaca juga memerlukan energi. Perpustakaan yang baik seharusnya menyediakan tempat atau ruangan untuk mengantisipasi hal tersebut. Kantin yang menjual makanan juga menunjang agar pengunjung merasa betah dan mencegah mereka untuk pergi ke luar dari area perpustakaan. Selain itu, pengunjung bisa bertemu ramah, merilekskan otak, sambil mengunyah makanan.
Kelima, durasi buka perpustakaan perlu diperpanjang. Ini menjadi masalah utama beberapa perpustakaan kita di Indonesia karena durasi bukanya yang sangat pendek. Coba kita lihat, kampus-kampus di luar negeri, pada umumnya menyediakan ruangan 24 jam untuk mahasiswa belajar di pustaka. Malam-malam mereka di pustaka sangat ramai tapi tidak bising. Semua berkutat dengan laptop dihadapan dan buku-buku yang teronggok di meja belajar mereka.
Keenam, koneksi internet yang memadai. Tidak bisa dinafikan bahwa Internet telah menjadi kebutuhan dasar bagi pelajar mileneal. Mereka akan berselancar mencari informasi yang dianggap menopang kepentingan belajar mereka. Perpustakaan tidak harus pesimistis bahwa pemasangan wify di pustaka dapat mengurangi kegandrungan pengunjung kepada buku. Justru sebaliknya, antara buku dengan internet saling menunjang dan memperkuat. Perpustakaan yang menyediakan wify gratis merupakan pilihan yang sangat menjanjikan bagi generasi muda. Mereka akan antusias berkunjung dan menjadi bagian dari motor penggerak peradaban.
Ketujuh, ketegasan yang memihak orang banyak. Artinya, pengelola perpustakaan haruslah tegas dan disiplin. Memberikan teguran kepada pengunjung yang mengganggu ketentraman orang lain. Memastikan bahwa proses kepustakawanan berjalan dengan lancar, seperti pemulangan buku, ketentuan denda, buku rusak, hilang, dan lain sebagainya.
Saya sangat terkesan dengan dua perpustakaan sejauh ini, yaitu Perpustakaan Kota Yogyakarta dan Perpustakaan Tuanku Bainun, Universiti Pendidikan Sultan Idris, Malaysia. Saya mengagumi keduanya karena bagus layanan yang diberikan kepada pengunjung dan beberapa indikator di atas terpenuhi. Semoga dua pustaka ini selalu berbenah dalam meningkatkan layanan dan pustaka-pustaka lainnya, terutama di tanah air, memiliki semangat dan cita-cita menuju ke arah itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar