Dosen Impor, Perlukah? - Cerita si Buyung

Latest

Menghimpun Serpihan Perjalanan Seorang Pemuda Minangkabau

Selasa, 17 April 2018

Dosen Impor, Perlukah?

Belakangan ini lagi gencar tersebar kabar bahwa Kementerian Pendidikan Tinggi (Kemendikti) akan mendatangkan sekitar 200 orang dosen yang berasal dari luar negeri untuk mengajar di Indonesia. Mendikti mengklaim bahwa yang diimpor itu bukan sembarang dosen, melainkan sudah teruji kualitasnya.

Tentunya hal ini memicu polemik baru di dalam negeri. Tak ayal lagi, rencana kebijakan ini melahirkan kubu pro, yang menyetujui rencana tersebut dan kubu kontra, yang menantang habis-habisan.

Bagi kelompok pro, keputusan itu merupakan ide brilian, karena dianggap bisa memacu kinerja dosen lokal melihat keuletan rekan satu profesi mereka dari negara lain. Selain itu, hal ini diyakini mampu meningkatkan mutu lulusan dengan tenaga pengajar made in luar negeri. Penelitian-penelitian ilmiah pun dipercaya dapat lebih marak karena kualitas dosen impor teruji dalam bahasa asing dan pengalaman penelitian.

Sementara kelompok kontra menilai bahwa impor dosen belum perlu sama sekali. Karena masih banyak lulusan S2 dan S3 kita yang masih menganggur dan mereka perlu diangkat jadi dosen. Selain itu, kelompok ini juga beralasan bahwa dosen impor bukanlah kebutuhan pokok perguruan tinggi di Indonesia, karena sejatinya permasalahan kita bukan pada tenaga pengajar melainkan sistem pendidikan yang tidak jelas juntrungannya. Selain itu dicurigai bahwa mendatangkan dosen asing dengan budaya yang berlawanan dengan tradisi kita, bisa membawa pengaruh buruk bagi generasi muda Indonesia.

Sekarang mari kita diskusikan fenomena ini dengan menganalisis beberapa perbandingan. Bercermin pada kebijakan orang lain dalam mengimpor dosen.

Sebetulnya impor dosen merupakan hal yang lumrah bagi negara-negara lain. Namun mereka mengimpor dosen dengan skema dan tujuan yang mencengangkan dan tentunya membawa keuntungan yang tidak sedikit bagi negara mereka.

Orang Indonesia sendiri sangat ramai yang jadi dosen di luar negeri. Mereka bekerja dengan penuh kedisiplinan dan tuntutan tugas yang cukup berat di negara tempat mereka bekerja.

Hampir sebagian besar kampus-kampus luar negeri memperkerjakan orang asing untuk tujuan bisnis mereka. Hal ini bisa diperhatikan, bahwa negara lain mengambil orang kita untuk mengajar di sana, agar si dosen bisa mengajak banyak orang dari Indonesia untuk menuntut ilmu di negara itu. Sebagai perbandingan, mahasiswa kita yang kuliah di luar negeri, membayar tiga kali lipat lebih besar dari pada mahasiswa mereka. Tentunya lahan bisnis ini menjadi pertimbangan penting bagi negara lain mempekerjakan satu atau dua orang kita untuk mengajar di kampus tersebut. Si dosen juga dijadikan representasi negara dalam dunia akademik, sehingga mahasiswa yang satu negara dengan dosen itu lebih mudah untuk "dijinakkan".

Perbandingan terakhir, gaji dosen asing umumnya lebih rendah dari pada gaji dosen warga negara yang bersangkutan. Sehingga tidak mempengaruhi sama sekali pada pengeluaran negara atau kampus. Malah mereka, kampus-kampus yang menerima dosen asing merasa sangat diuntungkan.

Nah, bagaimana penerapan dosen impor di negara kita? Kalau bisa seperti yang penulis sampaikam di atas, tentunya sangat kita dukung untuk kemajuan negara kita. Kita akan melihat ribuan pelajar asing masuk negara kita karena dibawa oleh si dosen impor, dan mereka membayar tiga kali lipat lebih besar dari pada putra-putri bumi pertiwi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar