Wahai Diri - Cerita si Buyung

Latest

Menghimpun Serpihan Perjalanan Seorang Pemuda Minangkabau

Selasa, 17 April 2018

Wahai Diri

Jangan mengharap ketenangan jika hati dibumbui amarah dan rasa dendam.
Basuh wajah usap kepala agar kau tahu mana benar dan mana salah.
Percuma meneguk pengetahuan jika pengamalannya kau abaikan.
Kau berlomba untuk sekolah, tapi bukan mencari ilmu melainkan untuk dipuja-puji sanjung.
Agama bukan seremonial melainkan tuntunan pada cahaya keabadian.
Kesibukan telah melalaikanmu, berarti dunia telah menguasai setiap pembuluh darahmu.
Lihatlah mereka yang terpekur di malam-malam sunyi.
Hati mereka dicucuri rahmat berupa ketenangan.
Mata mereka basah dengan air mata tobat dan penyesalan.
Jangan katakan mereka ahli maksiat yang terkenang dosa.
Karena tangis pun bisa jadi sebuah kesyukuran.
Bersyukur karena masih bisa bersujud di tengah hamparan dunia yang lena.
Wahai tubuh, sampai dimanakah angan ini akan mengendalikanmu?
Terlalu banyak yang kau korbankan untuk mereguk kenikmatan dunia sesaat.
Alangkah lucu ketika manusia berpacu untuk meraih kemuliaan dari sesamanya.
Aku hanya ingin hidup menghabiskan sisa hari di rumah yang sebelahnya ada mushallah.
Membesarkan generasi dengan kalam ilahi.
Lantunan doa berkelindan di saat jasad dibawa keranda.
Budi baik dibicarakan orang setiap lalu di sisi pemakaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar