Menjadi suatu kesan yang tidak terlupakan bagi saya menyaksikan secara langsung transisi demokrasi di negara ini. Iklim perpolitikan yang berlangsung di sini tentunya sangat berbeda dengan Indonesia. Mulai dari masa-masa kampanye, saling serang antar calon, dan cara media televisi dalam menyampaikan informasi, menarik untuk dicermati.
Hasil final pemilu akhirnya diumumkan sekitar pukul 4.00 keesokan harinya, setelah penghitungan suara seluruh negeri dirampungkan. Berdasarkan hasil pemilihan umum yang dipublikasikan Komisi Pemilihan Umum Malaysia (PRU) melalui laman resminya, koalisi Pakatan Harapan mengamankan mayoritas kursi parlemen setelah meraih 113 kursi dari total 222 kursi. Sementara BN memperoleh 79 kursi, Partai Islam se-Malaysia(PAS) 18 kursi, Warisan delapan kursi. Kemudian Independents meraih tiga kursi dan satu kursi lainnya diperoleh Parti Solidariti Tanah Airku (STAR).
Suatu hal yang sangat mengejutkan, karena untuk pertama kalinya sejak Malaysia merdeka, Partai Barisan Nasional (BN) dikalahkan oleh Pakatan Harapan (PH) sebagai partai oposisi. Partai BN dinakhodai oleh Perdana Menteri Najib Abdul Razak dan PH dipimpin oleh tokoh fenomenal Malaysia, Tun Mahathir Muhammad.
Kekalahan yang dialami oleh BN cukup telak. Dari 13 negeri di Malaysia partai ini hanya memperoleh mayoritas pemilih di dua negeri, Perlis dan Pahang. Sementara itu, di Johor dan Malaka, BN hanya mendapat segelintir kursi parlemen.
Pada tanggal 10 Mei 2018 tepatnya pada pukul 21.30 waktu Kuala Lumpur, Mahathir dalam usia 93 tahun dilantik kembali menjadi Perdana Menteri Malaysia oleh Sultan Muhammad V. Ia tercatat sebagai perdana mentri tertua di dunia saat ini.
(Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar