A Trip to Russia (1) - Cerita si Buyung

Latest

Menghimpun Serpihan Perjalanan Seorang Pemuda Minangkabau

Kamis, 26 Juli 2018

A Trip to Russia (1)


Akhirnya setelah 4 hari di Moscow saya berkesempatan untuk menulis di blog. Saya akan menceritakan perjalanan dan kegiatan saya dari keberangkatan ke Moscow, aktivitas di sana, hal-hal aneh atau berkesan yang saya jumpai, hingga kepulangan ke Kuala Lumpur. Sebelumnya pada tulisan terdahulu (Membuat Visa ke Russia) telah saya jelaskan bahwa kunjungan saya ke Moscow membawa nama PPI Malaysia untuk menghadiri Simposium Internasional PPI Dunia 2018.

Sebelumnya Tanggal 20 Juli 2018 sore, saya sudah berangkat dari Tanjung Malim ke Kuala Lumpur menaiki bus antar kota. Rencananya malam kami akan mengadakan rapat dengan Doni, sebagai ketua umum PPI Malaysia. Rencana awal dia akan ikut, tapi karena ada satu dan lain hal yang berkaitan dengan urusan kampus, akhirnya dia membatalkan keberangkatannya ke Moscow. Pada akhirnya yang mewakili PPI Malaysia untuk berangkat hanya 3 orang, ditambah 1 orang yang kuliah di Malaysia tapi bukan pengurus.

Sekitar jam 9 pm bus yang saya tumpangi sudah tiba di KL Sentral. Setelah keluar dari bus dan mengemasi barang-barang bawaan, saya langsung pergi ke surau KL Sentral untuk menunaikan shalat Isya sekaligus jamak takhir Maghrib. Usai shalat, saya beristirahat sejenak sambil menunggu kedatangan kawan-kawan yang lain. Tidak lama setelah itu ada notifikasi tempat bertemu, kami sepakat menjadikan titik kumpul di McD KL Sentral, dan saya pun beranjak ke sana menunggu mereka.

Mereka akhirnya datang, setelah penantian saya lebih kurang 2 jam. Alasan mereka karena LRT sedang proses perbaikan, jadi beberapa train mengalami keterlambatan. Sementara yang hadir adalah Mas Hafiz wakil ketua PPI Malaysia, Mas Adhani wakil koordinator Huvoks PPI Malaysia, dan Mas Doni ketua umum PPI Malaysia. Di antara kami berempat, hanya Doni yang tidak bisa berangkat ke Rusia.

Kami membicarakan mengenai strategi yang akan kita terapkan dalam simposium nantinya. Sejak awal kami dari PPI Malaysia berniat untuk melobi sidang agar simposium tahun depan dapat diadakan di Malaysia. Hal itu sudah mendapat dukungan penuh dari KBRI Kuala Lumpur. Kami juga membicarakan antara 2 calon yang akan bertanding. Secara garis besar PPI Malaysia tidak memiliki kepentingan kepada kedua kandidat tersebut, dan kami bertekad akan memantau di lapangan nantinya, dan memutuskan pemberian dukungan pada saat di lokasi saja.

Sebenarnya ada lagi 1 delegasi dari Malaysia, namanya Fikri. Tapi dia belum bergabung dengan pengurus PPI Malaysia tahun ini. Meskipun demikian kami akan coba merangkul dia di simposium dan dia telah konfirmasi sebelumnya akan bertemu kami ketika di bandara saja. Obrolan kami makin seru, dan kami berempat memutuskan untuk mencari makan di kedai Mamak di luar gedung, dengan menitipkan barang terlebih dahulu pada seseorang di McD.

Sekitar jam 3.30 am usai makan, kami menuju penjualan tiket bus ke bandara, yang juga terdapat di bawah gedung KL Sentral. Kami membeli tiket masing-masing untuk sekali pergi dan sekali pulang, karena ada potongan harganya. Doni tidak ikut mengantar ke bandara, karena ada urusan ke kampus juga besok pagi. Setelah beli tiket bus, kami mengambil barang ke McD dan membawanya ke bawah.

Lebih kurang 1 jam di perjalanan, kami tiba di  KLIA 1. Ternyata masih terlalu pagi. Ketika ditanya ke information center untuk penerbangan ke Bangkok check in akan buka jam 5 am. Berdasarkan tiket, kami akan menaiki Thai Airways Smile dari Kuala Lumpur-Bangkok pada pukul 8 am. Kami istirahat di ruang tunggu lantai 5 sembari menunggu waktu check in tersebut. Suasana bandara tetap saja ramai dalam kondisi dan waktu kapan pun, orang berlalu lalang, dan sebagian besar tertidur di kursi-kursi ruang tunggu sembari menanti giliran check in. Saya sempat ke tolilet bandara, bersih-bersih, dan gosok gigi, sementara saya lihat Hafiz sudah tertidur dengan Mas Adhani duduk sambil memegang gadget di sampingnya.

Pada pukul 5 am kami siap-siap untuk check in. Masing-masing mengeluarkan passport dan HP untuk menunjukkan tiket online pada petugas. Kami bertiga berdiri berdekatan dan berjejer dengan antrian panjang di belakang. Koper pun ditimbang dan dilabeli serta dibawa oleh mesin menuju bagasi pesawat. Dari informasi yang diperoleh, bahwa setiba di Bangkok nanti untuk transit tidak perlu mengambil bagasi, cukup melapor saja, dan koper bisa diambil di pemberhentian terakhir, Moscow.

Setelah check in selesai, kami melanjutkan tahapan menuju bagian imigrasi. Tidak ada masalah dalam hal ini, sehingga bisa dilakukan dalam waktu singkat. Seterusnya kami mencari mushallah di sekitar ruang tunggu bandara untuk menunaikan shalat subuh. Usai shalat, Mas Adhani mengajak kami untuk duduk sejenak di Burger King sekalian sarapan, mumpung masih ada waktu. Tapi saya memilih untuk tidak sarapan, karena masih kenyang makan di KL Sentral tadi.

Sekitar jam 8.30 am hari Sabtu tanggal 21 Juli 2018, pesawat yang kami tumpangi bergerak menuju Bangkok. Perjalanan panjang akan dimulai dari sini. Di pesawat kami dapat hidangan muslim food, sehingga mampu mengganjal perut saya yang sudah mulai terasa lapar, karena tadi tidak ikut sarapan. Pesawat menuju Bangkok ini tidaklah terlalu besar tapi tetap nyaman menurut saya. Kami bertiga, saya Hafiz, dan Mas Adhani duduk di barisan yang sama di bagian tengah, sementara Fikri di barisan samping dekat jendela. Mas Hafiz sempat berbisik ke saya, "Mas Ciptro, kenapa pramugaranya tua-tua ya?" saya pun menggeleng tersenyum karena tidak tahu. Ya, saya perhatikan pramugaranya adalah orang-orang yang berumur, sangat jauh berbeda dengan maskapai penerbangan di Indonesia, yang cenderung anak muda. Tapi pramugarinya saya tetap anak muda di maskapai ini.


Perbedaan waktu Bangkok dengan Malaysia adalah 1 jam lebih lambat, layaknya waktu di Jakarta. Di dalam pesawat, selain makanan kami juga dihidangkan aneka macam makanan ringan dan minuman secara gratis, dan saya selalu berlangganan dengan jus apple. Setelah penerbangan selama 2 jam dan tanpa adanya halangan yang berarti kami mendarat dengan mulus di Bandara Suvarnabhumi Thailand.

Bandara ini menerapkan peraturan yang cukup ketat menurut saya. Pada saat transit, pemeriksaan cukup panjang dilakukan. Kami disuruh buka sepatu, buka ikat pinggang, dan tubuh "digeranyangi" lebih lama. Tas sandang yang saya bawa berbunyi ketika melintasi detectornya. Petugas mengulang kembali, dan tetap berbunyi. Akhirnya mereka membuka tas saya, dan tidak menemukan apa yang mereka cari. Tas saya untuk ketiga kalinya diulang melintasi alat tersebut. Saya ditanya apa di dalamnya, ternyata setelah saya ingat, saya menyelipkan odol. Karena setiap perjalanan, saya selalu meletakkan sikat gigi dan odol di tas sandang, bukan di bagasi. Mereka menyita odol yg saya bawa, karena katanya kebesaran, padahal sudah saya pakai setengahnya waktu di Tanjong Malim.

Meski dengan berat hati terpaksa harus saya relakan odol itu, agar kami segera bisa menuntaskan proses transit ini. Kami sejak tadi berlari karena takut ketinggalan pesawat ke Moscow. Transit yang hanya 1 jam ditambah pesawat yg agak terlambat mendarat dan pemeriksaan yang ketat, memacu kami untuk berlarian.

Sampai di ruang tunggu merupakan hal yang amat melegakan. Saya bisa ke toilet sebentar dan teman-teman ada yang mengecas HP, online dengan wify bandara dan lain sebagainya. Suasana ruang tunggu tetap ramai seperti biasanya. Dari sini terlihat jelas jenis-jenis pesawat yang berada di lapangan, karena antara kami hanya dibatasi dengan kaca tebal. Kami juga diminta menunjukkan kembali boarding pass kepada petugas di sana.




Tidak lama setelah itu terdengar panggilan untuk para penumpang menuju Moscow agar segera menaiki pesawat. Kami ikut dalam antrian panjang orang-orang di ruang tunggu untuk ke bawah. Di bawah sudah menunggu bus untuk mengangkut penumpang ke kaki pesawat.

Ternyata pesawat yang kedua ini jauh lebih besar dari pada yang pertama. Ada 9 deret kursi dari kiri ke kanan, dengan formasi 3-3-3. Kapasitas penumpangnya juga tidak kalah banyaknya. Saya, Hafiz, dan Mas Adhani duduk satu deretan di bagian tengah, sedangkan Fikri di bagian lainnya. Kami ternyata juga satu pesawat dengan salah seorang pemateri di simposium nanti, yaitu Bapak Todung. Awalnya istri beliau bertanya pada saya, "Dari Indonesia ya?" saya jawab, "Iya Bu". Beliaulah yang memperkanalkan kami dengan Bapak dan menceritakan agenda beliau di Moscow sebagai salah seorang pembicara dan kami sebagai pesertanya. Tentunya kami sangat senang berjumpa dengan beliau berdua, sedikit dari orang Melayu dalam pesawat ini.

Kru pesawat memberikan dua kali hidangan makanan dalam penerbangan Bangkok-Moscow, yang ditempuh dalam waktu 8.5 jam tersebut. Tempat duduknya cukup nyaman, ada fasilitas tv depan dan lampu baca yang bisa dihidup matikan sesuai kebutuhan. Saya berusaha menyelesaikan buku Lembaga Hidup karya Buya Hamka yang isinya sangat membuka wawasan kita sebagai pemuda Islam.

Kami mendarat di Bandara Domodedovo Moscow sekitar pukul 4.00 pm hari Ahad tanggal 23 Juli 2018. Penumpang turun satu persatu dari pesawat dengan teratur. Akhirnya saya bisa menghirup udara Rusia. Kedatangan kami pada musim panas dan tidak perlu jaket tebal sama sekali karena suhu sangat bersahabat.

Kami langsung menuju bagian imigrasi untuk melapor sebagaimana layaknya pengunjung. Di depan saya agak lambat jalannya karena petugas imigrasinya seorang perempuan Rusia yang banyak pertanyaan pada pelancong. Sekitar tiga orang sebelum saya, majulah seorang wanita berjilbab. Banyak sekali ia ditanya, kelihatan agak kepayahan, dan membuat saya terpana adalah dia disuruh membuka penutup rambutnya di depan orang banyak. Tapi untunglah sebentar saja ia lakukan tanpa paksaan. Karena sebagai seorang muslim, terenyuh juga kita jika wanita muslimah dilakukan semena-mena. Akhirnya saya pindah line antrian saja karena setiap orang sepertinya akan ditanya lama oleh wanita itu. Di samping saya linenya ada 3 orang saja yang antri, sepertinya cukup cepat diproses. Saya lihat wanita muslimah itu akhirnya lepas dari cengkraman pertanyaan imigrasi tersebut. Ketika saya sampai di depan petugas imigrasi di line yang baru ini, tidak ada pertanyaan yang dia ajukan. Dia kelihatan masih muda, lelaki pirang yang ramah menurut saya. Dia hanya membolak balik passport saya dan memperhatikan wajah saya. Setelah itu passport saya dicop dan dipersilahkan untuk lanjut.

Mas Adhani ternyata telah mengumpulkan koper-koper kami di tempat klaim bagasi. Beliau sepertinya lewat jalur express karena beliau pemegang passport biru. Beliau bekerja di Mahkamah Konstitusi RI dan sebagai pemegang  passport biru kabarnya tidak perlu mengurus visa untuk pergi ke negara mana pun. Saya mengucapkan terima kasih pada beliau dan minta dijaga sebentar lagi karena saya mau ke tolilet sebentar.

Niat saya untuk buang air besar pupus setelah sampai di toilet bandara. Hal ini disebabkan hanya ada tisu yang disediakan di sana, tanpa air. Saya memutuskan untuk menahan sampai di hotel penginapan saja. Saya kembali menjumpai rekan-rekan yang lain dan kami menuju keluar.


Sesaat setelah kami tiba di luar, ada beberapa orang panitia dari Permira (Persatuan Mahasiswa Indonesia di Rusia) yang menyambut kami. Setelah bersalaman dan dilanjutkan foto, kami diajak untuk naik kereta api menuju hotel.



Di bandara kami juga bertemu dengan delegasi dari PPI India dan PPI China. Panitia sekaligus mengantar kami ke hotel. Sebenarnya untuk penginapan malam ini tidak di bawah tanggung jawab panitia, karena pantia mulai menyediakan akomodasi terhitung mulai besok. Tapi mereka mau memfasilitasi kami mencari hotel dengan harga yang bersahabat.

Kami bersama delegasi lain dan panitia menuju kaunter pembelian tiket kereta api menuju hotel. Semua biaya tiket ditanggung panitia dan kami tinggal memasukkan barang-barang bawaan. Kereta api melaju dengan kecepatan sedang, memperlihatkan pemandangan kota Moscow di sore hari. Kami saling bercerita, melanjutkan obrolan dengan kawan-kawan lain di bandara tadi. Semua merasakan aura keakraban, karena sesama anak rantau yang menuntut ilmu di negeri orang.


Sekitar 45 menit di kereta api, kami sampai di Stasiun Paveletskaya, dan seterusnya dilanjutkan ke hostel masing-masing. Berdasarkan info dari panitia, saya, Mas Hafiz, delegasi India, dan China, malam ini bisa menginap di Hotel Makarov. Sementara Mas Adhani menginap di Hotel Privet dan Fikri dibawa temannya yang kuliah di Moscow ini. Maka di sini kami berpencar dan malam berikutnya saya dan Mas Hafiz juga akan bermalam di Privet sampai acara selesai.

(Bersambung)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar