Teman-teman yang lain melanjutkan petualangan berkeliling Red Square. Saya memisahkan diri dari mereka karena ada panggilan alam, buang air kecil. Saya mendatangi bangunan pusat perbelanjaan di Red Square untuk menemukan tolilet umum. Sayangnya, kita harus bayar 30 rubel, sedangkan saya tidak ada duit rubel karena sejak kemaren belum sempat menukar uang. Akhirnya saya berinisiatif balik ke hostel saja untuk menunaikan hajat tersebut.
Saya berjalan sendirian dari Red Square ke Hostel Makarov. Sekitar pukul 11.30 saya sampai dan langsung menuju toiletnya. Saya istirahat sejenak di tempat tidur sembari menunggu kedatangan kawan-kawan yang lain. Tidak lama pintu kamar diketuk oleh seseorang, dan saya pun membuka. Ternyata petugas hotel yang datang. Dia mengatakan bahwa kami harus check out dari kamar ini pada jam 12 siang. Saya pun bingung karena tidak ada seorang pun di kamar ini kecuali saya, teman-teman yang lain masih di Red Square.
Akhirnya saya mulai mengumpulkan barang-barang, dan menyusun kembali ke dalam koper. Sementara barang-barang teman-teman saya yang masih di Red Square itu juga saya bungkus dengan plastik yang saya minta dari petugas hostel. Di bawah sudah menunggu Mba Ade. Beliau merupakan LO acara, yang bertanggung jawab mengurus penginapan kami. Beliau datang untuk membantu check out dari hostel ini dan mengurus kepindahan kami ke Hostel Privet. Saya menemui beliau terlebih dahulu untuk menceritakan kondisi kami, bahwa ada 3 orang lagi masih belum balik ke hostel. Mba Ade bilang tidak apa-apa, yang penting keluarkan saja barang-barang mereka terlebih dahulu sebagai bukti kita telah check out.
Sementara di meja resepsionis saya lihat sudah banyak juga delegasi lain berdatangan. Ada yang dari PPI Turki, Yaman, Serbia, Finlandia, dan lain sebagainya. Mereka akan ditempatkan oleh panitia di Hostel Makarov ini. Saya pun bersalaman dan menyapa mereka untuk mencoba membangun hubungan yang baik.
Barang-barang bawaan saya sudah saya kondisikan di lantai bawah di depan meja resepsionis. Sembari menunggu Mas Hafiz, Asta, dan Mulya, saya mengikuti topik obrolan dengan teman-teman yang baru datang. Cukup lama juga menunggu, mereka bertiga akhirnya datang. Rupanya mereka tidak sadar bahwa kita check out siang ini karena keasyikan berkeliling Red Square. Hafiz dan Asta mengemasi barang-barang mereka karena mereka berdua juga ikut dengan saya ke Hostel Privet. Mulya pun mengemasi barang-barangnya karena juga akan pindah kamar, meski di hostel yang ini juga.
Mas Hafiz ternyata telah menukarakan untuk saya tadi di Red Square uang rubel, 100 dollar menjadi 6.100 rubel. Saya merasa sangat terbantu dan langsung saya berikan uang 100 dollar ke dia, dan uang rubel itu pun saya kantongi. Selanjutnya saya bergegas membayar utang pada Mulya karena kami akan pisah hostel juga.
Saya, Hafiz, dan Hasta didampingi oleh seorang panitia laki-laki berjalan kaki dari Hostel Makarov ke stasiun. Walaupun siang hari, cuaca Moskow tidak terlalu menyengat. Orang-orang tetap ramai berlalu lalang di jalanan. Saya perhatikan, di sini menjadi hal yang sangat biasa perempuan-perempuan muda juga ikut merokok di jalanan. Mereka seolah bebas sekali mengekpresikan diri dengan menghisap tembakau tersebut. Sepertinya tidak ada larangan merokok di tempat umum kecuali mungkin di ruangan ber-ac. Kadang juga saya memperhatikan beberapa dari wanita kita yang berasal dari Indonesia juga ikut-ikutan budaya tersebut.
Akhirnya kami sampai di stasiun metro bawah tanah dan bergegas untuk membeli tiket. Setelah membeli tiket, kami menuju garis laluan kereta yang mengarah ke tujuan, Hostel Privet. Saya perhatikan jarak antara kedatangan kereta api yang satu dengan yang lainnya sangat cepat, lebih kurang 3 menit. Baru yang satu berlepas, berikutnya sudah datang. Dan waktu yang diberikan untuk penumpang masuk amat sedikit. Makanya sangat diperlukan kecepatan dan kelihaian. Beberapa kali saya pernah melihat penumpang yang dijepit pintu kereta api, tapi untunglah pintunya membuka lagi jika ada benda yang menghalanginya.
Setelah menempuh perjalanan yang tidak terlalu lama, kami tiba di stasiun tujuan. Panitia yang mengantar kami menawarkan kami untuk naik taksi yang bisa dipesan online, karena jarak stasiun ke hostel cukup jauh. Kami pun menyetujuinya dan beliau langsung menggunakan aplikasinya untuk memesan taksi. Tidak lama menunggu, taksi itu pun sampai. Sebenarnya bukan taksi biasa, melainkan mobil-mobil pribadi yang digunakan sebagai penjemputan penumpang, semacam grab kalau di tempat kita. Kami memasukkan barang-barang dan masuk ke dalam taksi tersebut. Jarak tempuh dengan taksi tidak terlalu jauh, sehingga kami tiba di depan hostel dengan mudah.
Tidak seperti Makarov yang di depannya ada sungai dan jembatan, Hostel Privet terletak di tengah-tengah bangunan perumahan. Di depannya ada jalan, dan di seberangnya ada gedung tinggi. Lebih banyak pilihan untuk belanja di sekitar hostel ini. Tidak jauh jalan kaki kita sudah menemukan kedai dan mall.
Usai melakukan proses check in yang dibantu oleh panitia, saya menuju kamar hostel. Saya mendapat nomor kamar 318. Di kamar itu ternyata sudah ada 5 delegasi lainnya. Ada Opi dari PPI Mesir, Afdal dari PPI Sudan, Adam dari PPI Arab Saudi, Ghifari dari PPI Iran, dan Isal juga dari PPI Sudan. Kami saling berkenalan dan menyapa satu sama lainnya. Saya yakin akan banyak pengalaman dan wawasan yang saya peroleh karena sekamar dengan mereka yang kuliah di berbagai negara ini.
Saya minta izin dulu buat mandi dan bersih-bersih, sekalian mau shalat Zuhur dan jamak takhir Ashar. Kamar mandi Hostel Privet jauh lebih baik dari pada Makarov, baik dari segi kebersihannya, maupun dari segi jumlah ketersediaannya. Saya merasa beruntung di tempatkan oleh panitia di hostel ini. Setiap lantai disediakan dispenser yang menyediakan air panas dan air dingin, yang boleh diminum secara gratis. Di Makarov handphone saya mengalami gangguan wify tapi di sini koneksi internetnya super cepat dan amat lancar di handphone saya.
Selesai shalat, perut saya mulai lapar, dan saya watsapp Hafiz untuk mengajaknya mencari makan. Dia setuju dan mengajak Asta sekalian, karena dia juga mau ke luar. Tidak lama menunggu, kami bertemu di lobi hostel dan berjalan kaki ke luar.
Udara luar sangat dingin saya rasakan. Kami terus berjalan di sore hari ini menempuh jalanan kota. Saya perhatikan penduduk Moskow ini jalannya sangat cepat. Baik di jalanan seperti ini, apalagi di tempat-tempat transportasi umum. Hal ini juga saya temukan waktu berkunjung ke Korea Selatan, mereka juga berjalan cepat. Saya kira mereka ingin sampai tujuan dengan cepat dan tidak ada waktu untuk melihat-lihat pemandangan sekitar. Budaya ini saya rasa cukup baik untuk ditiru oleh orang kita agar lebih disiplin di arena publik. Beberapa kali saya maupun kawan hampir-hampir bertabrakan dengan mereka, karena kesalahan kami yang agak lambat dalam berjalan.
Kami memasuki lorong bawah tanah untuk menyeberang, di atasnya jalan raya. Keluar lorong langsung di sambut oleh mall dan kami pun masuk untuk mencari makanan halal. Saya menemukan ada KFC dan kami bertiga langsung memesan makanan di sana. Setelah makan kami baru tahu ternyata di sini juga restoran Libanon, jika tahu dari awal tentu kami makan di sini. Akhirnya saya bungkus ayam dan nasi dari restoran Libanon tersebut untuk dibawa pulang.
Setelahnya kami berkeliling mall untuk mencari cemilan, buah, dan keperluan lainnya. Saya membeli odol karena beberapa hari ini cuma minta sama teman-teman sekamar, akibat odol saya di sita di Bandara Bangkok. Hafiz dan Asta pun membeli barang-barang keperluan mereka. Setelah merasa cukup, kami pun keluar dari mall tersebut. Udara makin dingin, tapi di luar masih sangat ramai orang. Ada yang duduk-duduk di kursi taman, ada yang membawa hewan piaraan mereka jalan-jalan, dan aktivitas lainnya. Lampu-lampu jalan berkelap-kelip menerangi malam yang singkat di Kota Moscow.
Kami memutuskan untuk kembali ke hostel. Sampai di kamar, saya tidak melihat satu pun anggota kamar saya di dalam. Mungkin mereka sedang membeli keperluan atau jalan-jalan. Saya bergegas mengambil wudhu untuk shalat isya sekaligus jamak takhir maghrib. Usai shalat, kabarnya ada pertemuan dengan panitia di dapur hostel. Saya tidak ikut karena cukup penat seharian ini. Lagian itu hanya obrolan ringan saja karena acara intinya akan mulai esok hari. Saya pun memilih untuk tidur, berlayar ke pulau kapuk.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar