Saya baru tahu bahwa ada bus gratis yang datang setiap 30 menit mengantar orang-orang ke NTU. Saya pun menunggu bus tersebut karena lumayan menghemat uang 2 dollar. Tidak lama kemudia bus datang, saya dan beberapa orang di terminal pun naik dengan segera.
Bus melaju membelah jalan Singapura di pagi hari. Aktivitas masyarakat tampak pada kesibukan mereka di pinggir jalan yang saya lalui. Utamanya mahasiswa, mereka sudah siap menghadapi hari-hari akademik mereka. Tidak lama bus menepi di halte NIE, dan saya pun turun.
Saya merasa sudah terlambat, ternyata setibanya di lokasi panitia tersenyum, karena saya peserta yang paling awal muncul. Peserta lain belum datang, sementara panitia masih sibuk menyusun papan untuk presentasi poster. Saya cuma mengamati dan duduk di taman kampus yang kebetulan ada pondok-pondok kecil di sana.
Tidak lama kemudian para peserta berdatangan. Panitia pun sudah menyediakan makanan dan kuih muih untuk sarapan pagi. Saya dan teman-teman baru, mendatangi meja dan mengambil makanan dan minuman secukupnya. Kami bercengkrama tentang kegiatan yang akan di jalankan nantinya. Umumnya mereka yang hadir ini akan presentasi juga nantinya.
Usai sarapan, peserta diminta untuk masuk ke salah satu ruangan. Ruangan ini cukup luas, dengan tempat duduk bertingkat, semakin ke depan semakin ke bawah. Suasana cukup ramai dan ternyata ini merupakan opening ceremony.
Dekan NIE sedang memberikan kuliah umum sekaligus membuka acara. Saya menyimak uraian beliau tentang perubahan dunia global dan implikasinya dalam dunia pendidikan. Generasi muda, utamanya para pelajar pasca sarjana harus mengambil bagian dalam hal ini. Selanjutnya kuliah umum disampaikan oleh seorang profesor madya di NIE. Seorang wanita enerjik memberikan paparan ekonomi dan pengaruh pendidikan di dalamnya. Beliau dengan bangga menceritakan keberhasilan Singapura, tapi juga memberikan peringatan keras tentang tantangan yang akan dihadapi di masa mendatang.
Setelah acara pembukaan dan dilanjutkan dengan sesi foto bersama, peserta dibagi dalam beberapa ruangan presentasi. Saya pun menuju ruangan yang telah ditentukan. Ada kejutan, ternyata saya bertemu Mas Fijar. Beliau pengurus PPI Malaysia dan sedang mengambil master di Universiti Malaya. Kami pun merasa gembira karena sudah lama tidak berjumpa, sejak pelatihan organisasi bagi pengurus baru PPIM.
Dalam ruangan saya ada sekitar 10 orang yang akan presentasi, termasuk saya dan Mas Fijar. Ada 1 orang panitia dari mahasiswa NTU yang in charge untuk setiap ruangan. Secara bergilir kami presentasi berikut dengan tanya jawab. Total waktu hanya 15 menit untuk masing-masing peserta.
Waktu istirahat saya berjumpa dengan Mas Azhari. Ternyata beliau terlambat sebab habis subuh ketiduran, saking letihnya karena tadi malam jalan-jalan. Saya perkenalkan dengan Mas Fijar dan kami bertiga pun semakin akrab. Kami menikmati makan siang dengan lahap dan setelah itu kami mencari tempat shalat. Ternyata di kampus ini ada juga tempat shalat disediakan, meskipun ruangan kecil di bawah tangga, tapi cukup nyaman.
Usai shalat kami menuju ke ruang utama untuk menghadiri acara penutupan. Pada sesi ini akan disaksikan terlebih dahulu 3 minutes thesis. Berupa lomba untuk memaparkan penelitian atau rancangan penelitian dalam waktu singkat, tidak lebih dari 3 menit. Kegiatan ini dilombakan dan dewan juri akan menilai siapa yang memiliki ide kreatif dan penyampaian konunikatif. Saya merasa takjub dengan para pesertanya, dan umumnya pemaparan mereka bagus-bagus.
Acara penutupan dimulai dengan sambutan-sambutan oleh pihak penyelenggara. Setelah itu dilanjutkan dengan pengumuman pemenang poster dan 3 minutes thesis. Panitia juga menyediakan undian berhadiah dengan hadiah spektakuler. Hp samsung keluaran terbaru menjadi hadiah utama. Ternyata yang dapat hadiah utama berdasarkan undian itu adalah seorang mahasiswi dari Indonesia. Kami pun merasa senang dan ikut mengucapkan selamat.
Usai acara penutupan, saya, Mas Fijar, Mas Azhari, dan 2 orang mahasiswi dari Bali, bersepakat untuk berkeliling kampus terlebih dahulu sebelum kembali ke penginapan. Kami memilih berpose di ikon-ikon NTU dan tempat-tempat strategis lainnya. Keindahan kampus ini semakin terasa ketika kita masuk lebih dalam. Ada banyak taman-taman penyejuk mata dan spot-spot yang nyaman bagi mahasiswa yang mau belajar di luar ruangan.
Puas berkeliling, kami memutuskan untuk menumpangi bus menuju arah MRT Pioneer. Teman kami dua orang mahasiswi dari Bali itu berencana mau pergi ke Bugis, sementara kami bertiga mau ke Merlion Park. Tapi kami masih menumpang di jalur MRT yang sama, cuma bedanya mereka turun terlebih dahulu.
Tidak lama kemudian kami tiba di Raffles Station. Kami pun bergegas turun. Cuaca sore tidak terlalu panas sehingga kami dapat menikmati pemandangan kota ini dengan nyaman. Terlihat banyak orang berkumpul di taman-taman berikut dengan aktivitas masing-masing. Kami bertiga tidak lupa untuk mengabadikan momen-momen ini dengan berfoto.
Akhirnya kami tiba di Merlion Park. Patung singa raksasa berkepala ikan dan menyemburkan air dari mulutnya, menjadi sasaran objek kamera. Saya memandang sekeliling, dan tidak hentinya mulut saya memuji kecantikan tata kota ini. Lampu-lampu berkilauan sebagai pertanda bahwa sore sebentar lagi berganti dengan malam. Wisatawan membeludak di anjungan taman.
Kabar duka itu datang ketika saya menikmati pemandangan indah ini. Nenek, ibu dari ayah saya, telah menghembuskan nafas terakhir beliau dengan tenang di kampung halaman. Adik perempuan saya yang menelpon melalui watsapp. Saya termasuk cucu yang paling dekat dengan beliau karena sejak kanak-kanak hingga SMA rasanya lebih banyak malam-malam saya di rumah beliau. Saya selalu menginap di sana, mendengar pituah nasehat, sembari tangan beliau yang sudah mulai keriput membelai rambut di kepala saya. Hanya alfatihah yang bisa saya kirimkan untuk beliau. Keramaian bagi saya tidak berarti apa-apa ketika mulut membaca ummul quran tersebut.
Kami bertiga pun bangkit dari duduk dan memutuskan untuk kembali ke penginapan. Tampaknya teman-teman saya ini sangat memahami perasaan yang saya tanggung saat ini. Mereka menyampaikan rasa turut berduka sejak saya infokan kabar duka tersebut.
Setiba di penginapan saya bersih-bersih. Dilanjutkan dengan shalat jamak isya dan maghrib. Saya melakukan shalat ghaib untuk almarhumah nenek. Betapa banyak kenangan saya dengan beliau, hanya doa yang bisa saya panjatkan sebagai penghubung kami. Air mata menetes tanda kasih dan rindu karena kami memang sudah terbilang lama tidak bertemu. Cerita tentang saya dan nenek akan saya buat dalam tulisan yang lainnya.
Pagi sekali sebelum subuh, saya sudah bangun. Saya mandi dan berkemas-kemas untuk check out dari penginapan. Sebelumnya saya dan Mas Azhari telah sepakat untuk berjumpa pagi ini di Queen Street. Konon kabarnya cendera mata di sana cukup terjangkau. Saya teringat beberapa orang di Malaysia yang wajib rasanya dibelikan oleh-oleh, meski magnet kulkas sekalipun.
Usai berkemas dan sarapan di lantai bawah, saya menuju meja resepsionis. Uang 10 dollar sebagai jaminan yang saya berikan pas check in dikembalikan lagi oleh penginapannya. Saya pun menyandang tas menelusuri jalanan pagi menuju Stasiun terdekat.
Saya merasakan pagi ini cukup padat juga penumpang menuju Bugis Station. Tapi saya menikmati saja perjalanan ini, toh sebentar lagi juga mau balik ke Malaysia. Kereta pun berhenti di stasiun tujuan dan penumpang pun secara teratur turun dan naik. Saya keluar dan mengarahkan pandangan ke luar. Saya langsung mencari Queen Street dan menyusuri outlet-outlet penjual cendera mata. Tujuan saya mencari Mas Azhari terlebih dahulu.
Tidak lama kemudian kami bertemu dan tampak beliau telah menjinjing beberapa barang untuk dibawa ke Bandung. Kami pun mengitari pusat oleh-oleh ini untuk mencari barang yang sesuau, baik dari segi harga maupun kualitasnya.
Kami berpisah juga di pasar ini karena bus menuju Johor tidak terlalu jauh dari pusat oleh-oleh. Kami berjanji jika ada kesempatan dan waktu akan saling mengunjungi. Mas Azhari akan berangkat malam ini ke Changi Airport. Sementara saya tetap dengan perjalanan darat seperti semula.
Saya jalan kaki ke bus station dari pasar tadi, dan langsung membeli karcis menuju Johor. Harga tiket ternyata 3 dollar dari Singapura ke Johor, sementara dari Johor ke Singapura tiket bus 3 ringgit. Saya pun naik dan memastikan semua barang-barang tidak ada ketinggalan. Bus pun melaju dengan tenang menuju Larkin, meninggalkan segala kenangan saya di negara kecil ini.
Tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar